Akbar harahaap
Akbar harahaap Mahasiswa

Suka membaca novel dan suka main ps

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Asbabun Nuzul Al-Falaq

30 Maret 2024   19:08 Diperbarui: 30 Maret 2024   19:13 311
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Asbabun Nuzul Al-Falaq
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Asbabun Nuzul Surat Al-Falaq berkaitan dengan sakit yang pernah dialami Nabi Muhammad shollallohu 'alaihi wasallam. Surat ini memiliki keutamaan sebagai amalan perlindungan dari segala kejahatan. Surat Al-Falaq merupakan surat ke-113 dalam Al-Qur'an terdiri 5 ayat. Surat yang memiliki arti "waktu Subuh" ini memiliki Asbabun Nuzul yang perlu diketahui umat Islam. Surah Al Falaq ini bersama dengan surah sesudahnya, yaitu an-Naas, dinamai juga surah al Mu'awwidzatain. Nama itu terambil dari kata kedua surah tersebut yang menggunakan kata A'udzu yang berarti aku berlindung. Al-Mu'awwidzatain berarti dua surah yang menuntun pembacanya kepada tempat perlindungan. Ada yang menamai dengan surah al-Falaq. Nama itu terambil dari ayat pertama surah ini.
Zaid bin Arqam bercerita bahwa Nabi saw. disihir oleh seorang lelaki Yahudi hingga beliau sakit. Jibril lalu turun kepadanya dengan membawa al-Mu'awwizatain seraya berkata, "Seorang Yahudi telah menyihirmu dan sihirnya ditanam di sumur Fulan." Zaid berkata, "Kemudian Nabi mengutus Ali untuk mengambilnya dan menitahkan kepadanya untuk melepaskan ikatan-ikatan sihir itu dan membacakan ayat. Ali pun membaca sambil melepaskan ikatan sihir tersebut satu per satu sehingga Nabi bangkit seakan baru terlepas dari ikatan tali. Zaid berkata lagi, "Rasulullah sama sekali tidak berkata apa-apa kepada lelaki Yahudi terkait yang telah diperbuat lelaki itu dan tidak pula memperlihatkan wajahnya." (H.R. Ahmad dari Zaid bin Arqam)
Surah ini bersama dengan surah sesudahnya, yaitu an-Nas, Tujuan diturunkan surah al-Falaq untuk menanamkan keyakinan seorang muslim yang membaca surah ini bahwa tidak ada yang dapat mengakibatkan mudarat tanpa izin Allah Swt. Tidak ada juga yang dapat melindungi, kecuali Yang Mahakuasa. Aisyah r.a., istri Rasulullah saw., berkata: "Rasulullah meniupkan untuk dirinya al-Mu'awwizatain saat menderita sakit menjelang wafatnya. Dan ketika keadaan beliau sudah amat parah, aku membaca untuknya dan mengusapkan dengan tangan beliau kiranya memperoleh berkat surah ini." (H.R. Al-Bukhari dan Muslim).
Dalam buku "Asbabun Nuzul: Sebab Sebab Turunnya Al-Qur'an" karya Imam As-Suyuti diceritakan, Nabi Muhammad SAW pernah mengalami sakit parah. Kemudian datanglah dua Malaikat kepada beliau. Salah satu di antaranya duduk di sisi kepala beliau dan yang satunya lagi duduk di dekat kedua kaki beliau. Malaikat yang ada di kaki berkata pada Malaikat yang berada di kepala, "Bagaimana menurutmu?" Malaikat di kepala menjawab "Guna-guna". Malaikat di kaki bertanya kembali "Apa itu guna-guna?" Malaikat di kepala menjawab: "Sihir". Malaikat di kaki berkata: "Siapa yang menyihir beliau?" Malaikat di kepala menjawab: "Labid bin Al-A'sham, orang Yahudi yang sihirnya berupa gulungan." Malaikat di kaki bertanya "Dimana ia sekarang ?" Malaikat di kepala menjawab: "Di sumur milik keluarga Fulan yang ada di bawah batu besar di dalam gulungan. Carilah gulungan tersebut. Kuraslah air sumurnya dan angkatlah batu besar itu kemudian ambil gulungan tersebut lalu bakarlah." Esok paginya Rasulullah SAW mengutus Amar bin Yasir bersama sekelompok orang. Mereka lalu mencari gulungan itu. Ternyata airnya seperti air hena (berwarna merah). Mereka lalu menguras air sumur itu kemudian mengangkat batu besar dan mengeluarkan gulungan itu. Gulungan (seperti ijuk) tersebut pun dibakar. Ternyata di sana terdapat sembilan belas simpul. Maka turunlah dua surat perlindungan, yaitu Surat Al-Falaq dan An-Naas. Kisah ini diriwayatkan Imam Al-Baihaqi dalam "Dala'il An-Nubuwwah" dari jalur Al-Kalbi dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas.
Tema pokok surah ini adalah pengajaran untuk menyadarkan diri dan memohon perlindungan hanya kepada Allah Swt. dalam menghadapi berbagai kejahatan. Rasulullah sering membaca surah ini agar selalu terpelihara dari kejahatan.
Ayat pertama memerintahkan kepada kita untuk berlindung memohon pertolongan hanya kepada Allah Swt. Allah bersifat Rabb al-Falaq (Tuhan yang menguasai subuh). Allah Maha kuasa membelah kegelapan malam dengan terangnya pagi. Dengan meyakini ini, seseorang akan yakin pula bahwa Allah Mahakuasa menyingkirkan kejahatan dan kesulitan kapan dan di manapun dengan memunculkan pertolongan. Ayat kedua mengandung permohonan untuk mendapat perlindungan dari keburukan makhluk ciptaan Allah. Baik yang datang dari diri sendiri maupun dari makhluk lainnya. Baik sudah dialami atau belum dialami pemohon. Ayat ketiga mengandung permohonan untuk memohon perlindungan Allah Swt. dari kejahatan yang terjadi pada malam yang gelap. Memang, biasanya malam menakutkan karena sering kali kejahatan terjadi di celah kegelapan. Akan tetapi, malam juga dipuji sebagai saat yang terbaik untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt.
ada ayat keempat yang dimohonkan adalah perlindungan dari ulah sementara orang yang dapat menjerumuskan pada kesulitan, mudarat, dan penyakit, yakni dari kejahatan dan keburukan (perempuan-perempuan) peniup-peniup pada buhul-buhul (tali yang mengikat). Salah satu sebab utama munculnya kejahatan adalah iri hati (hasad). Hasad adalah iri hati atas nikmat yang dimiliki orang lain dengan harapan nikmat itu hilang darinya. Hasad juga berarti kedengkian terhadap orang lain dengan harapan orang itu terus menerus berada dalam kekurangan dan kepedihan. Hasad juga berarti keinginan memperoleh nikmat serupa dengan yang dimiliki orang lain tanpa mengharap hilangnya nikmat yang diperoleh orang itu. Nabi saw.bersabda: "Tidak dibenarkan hasud (menginginkan) perolehan apa yang diperoleh orang lain, kecuali dalam dua hal. Terhadap yang dianugerahi harta oleh Allah kemudian ia menafkahkannya dengan hak (benar) dan terhadap orang yang dianugerahi ilmu kemudian dia amalkan dan ajarkan." (H.R. Al-Bukhari dan Muslim melalui Ibnu Mas'ud r.a.).
Ayat terakhir ini merupakan permohonan perlindungan kepada Allah dari kejahatan pengiri jika ia iri hati. Nabi saw. bersabda: "Tiga hal yang merupakan sumber segala dosa. Hindarilah dan berhati-hatilah terhadap ketiganya. Hati-hatilah terhadap keangkuhan. Karena keangkuhan menjadikan iblis enggan sujud kepada Adam. Hati-hatilah terhadap loba (tamak). Karena ketamakan mengantar Adam memakan (buah) pohon terlarang dan hati-hatilah terhadap iri hati. Karena kedua anak Adam (Qabil dan Habil), salah satu di antaranya, membunuh saudaranya akibat dorongan iri hati." (H.R.Ibnu 'Asakir melalui Ibnu Mas'ud r.a.).
Surat Al-Falaq dan Surat An-Nas disebut sebagai Al-Mu'awwidzatain yaitu dua surat perlindungan dari segala kejahatan. Surat Al-Falaq dan An-Nas ini memiliki keutamaan sebagai obat dan pelindung bagi pembacanya. Hal ini disandarkan pada Hadis dari Aisyah radhiyallahu 'anha tentang kebiasaan Rasulullah SAW membaca 3 surat sebelum tidur yaitu Al-Ikhlas, Al-Falaq dan An-Nas. "Bahwasanya Nabi Muhammad SAW apabila pergi ke tempat tidur setiap malam, beliau mengumpulkan kedua telapak tangan beliau, kemudian meniupkan dalam terbukanya dan membaca Surat al-Ikhlas, Surat Al-Falaq dan Surat an-Nas. Kemudian dengan kedua telapak tangan itu, beliau mengusap tubuh beliau, dimulai dari kepala dan wajah serta anggota tubuh lainnya. Beliau melakukan hal itu sebanyak tiga kali." (HR Al-Bukhari). Keutamaan Surat Al-Falaq ini juga dapat digunakan sebagai wasilah perlindungan dari segala keburukan seperti sihir, penyakit 'ain (pandangan mata yang membinasakan), gangguan setan dan penyakit buruk lainnya. Nabi shollallohu 'alaihi wasallam bersabda: "Wahai Ibnu Abbas, maukah kamu aku tunjukkan sesuatu yang paling baik digunakan untuk berlindung?" Ibnu Abbas menjawab: "Iya wahai Rasulullah." Beliau pun bersabda: "Qul a'udzu birabbil falaq dan Qul a'udzu birabbinnas, dua surah ini." (HR An-Nasa'i)
Tujuan diturunkan surah al-Falaq untuk menanamkan keyakinan seorang muslim yang membaca surah ini bahwa tidak ada yang dapat mengakibatkan mudarat tanpa izin Allah Swt. Tidak ada juga yang dapat melindungi kecuali yang maha kuasa.

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun