Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Guru

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK, Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Memaafkan adalah Tanda Kematangan Emosional dan Spiritual

29 April 2023   09:13 Diperbarui: 29 April 2023   14:42 2290
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Memaafkan adalah Tanda Kematangan Emosional dan Spiritual
Memaafkan Orang Lain. (Odua Images via Kompas.com)

Al-Baqarah ayat 37. (via quran.com)
Al-Baqarah ayat 37. (via quran.com)

Hal ini menunjukkan bahwa Allah SWT selalu memberikan kesempatan kepada hamba-Nya untuk memperbaiki kesalahan yang telah dilakukan.

Sebagai manusia, kita juga harus belajar untuk menjadi pemaaf seperti Allah SWT. Dalam kehidupan sehari-hari, kita pasti akan bertemu dengan orang-orang yang membuat kesalahan dan salah terhadap kita. Namun, jika kita tidak dapat memaafkan orang tersebut, maka hubungan kita dengan orang tersebut akan terus terganggu dan sulit untuk memperbaikinya.

Sebaliknya, jika kita memiliki sikap pemaaf seperti Allah SWT, maka kita akan mendapatkan kedamaian dan kesejahteraan dalam kehidupan kita. Ketika kita memaafkan orang lain, kita membebaskan diri dari beban pikiran dan emosi yang merugikan diri kita sendiri. Selain itu, kita juga memberikan kesempatan bagi orang tersebut untuk memperbaiki diri dan belajar dari kesalahan yang telah dilakukan.

Namun, memaafkan seseorang bukan berarti kita harus selalu membenarkan tindakan yang dilakukan oleh orang tersebut. Sebagai manusia yang memiliki akal dan perasaan, kita harus mempertimbangkan tindakan yang dilakukan oleh orang tersebut. 

Jika tindakan tersebut telah melanggar aturan dan nilai-nilai yang ada, kita harus menegur dan mengajarkan pada orang tersebut untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa yang akan datang.

***

Perkara memaafkan seseorang bukan berarti bahwa kita harus melupakan apa yang terjadi. Sebaliknya, kita dapat belajar dari pengalaman tersebut dan memperbaiki hubungan kita dengan orang tersebut. 

Jika seseorang meminta maaf dengan tulus, kita dapat memberikan kesempatan untuk memulihkan hubungan tersebut. Namun, jika mereka tidak bertanggung jawab atas tindakan mereka, kita dapat memilih untuk tetap menjaga jarak dan menghindari konflik di kemudian hari.

Kita juga harus mengingat bahwa memaafkan bukanlah tindakan yang hanya dilakukan pada Hari Raya Idul Fitri atau pada saat-saat khusus lainnya. Kita dapat memaafkan seseorang kapan saja, sepanjang kita merasa siap dan tulus dalam hati. 

Memiliki kemampuan untuk memaafkan dapat membantu kita menciptakan hubungan yang lebih baik dengan orang lain dan membawa kedamaian, kesejahteraan, ketenangan, dan harmoni ke dalam hidup kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun