Akbar Pitopang
Akbar Pitopang Guru

Dikelola oleh Akbar Fauzan, S.Pd.I, Guru Milenial Lulusan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta | Mengulik Sisi Lain Dunia Pendidikan Indonesia | Ketua Bank Sampah Sekolah, Teknisi Asesmen Nasional ANBK | Penggerak Komunitas Belajar Kurikulum Merdeka | Omnibus: Cinta Indonesia Setengah dan Jelajah Negeri Sendiri Diterbitkan Bentang Pustaka

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa Media Sosial: Mengapa "Social Media Detox" itu Penting?

30 Maret 2024   02:13 Diperbarui: 30 Maret 2024   02:18 1192
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa Media Sosial: Mengapa "Social Media Detox" itu Penting?
ilustrasi puasa media sosial. (pexels.com/MART PRODUCTION)

Terlebih lagi dengan kehadiran akun-akun bodong (second account) dalam ruang digital seringkali memperkuat perilaku-perilaku negatif ini.

Intensitas penggunaan media sosial di antara kita telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Dari menit hingga waktu berjam-jam terbuang begitu saja dalam aktivitas melihat, menyukai, dan berbagi konten di media sosial. 

Waktu yang seharusnya dialokasikan untuk beribadah, mengurus rumah, menyelesaikan tugas, atau berinteraksi secara langsung dengan keluarga dan teman, malah jadi sering terabaikan deh.

Kehadiran media sosial telah memicu dampaknya terhadap kesehatan mental dan kesejahteraan kita. Ketergantungan yang semakin parah malah sering berujung pada perasaan cemas hingga kurangnya kepercayaan diri. 

Seharusnya kita perlu menyadari bahwa media sosial hanyalah alat, dan bagaimana kita menggunakan semestinya benar-benar dalam kendali kita (self control).

Kita memang harus menetapkan batasan-batasan dalam penggunaan media sosial, serta memprioritaskan waktu dan perhatian kita untuk hal-hal yang benar-benar penting dalam kehidupan kita. 

Lebih dari sekadar hiburan, kita perlu memperlakukan media sosial dengan bijak serta menggunakannya sebagai alat untuk berbagi, belajar, dan terhubung dengan orang lain tanpa melupakan nilai-nilai dalam hidup kita.

Ilustrasi kecanduan media sosial. (myella via Kompas.com)
Ilustrasi kecanduan media sosial. (myella via Kompas.com)

Signifikan puasa media sosial dan kualitas 10 hari terakhir Ramadan

Menahan diri dari makan, minum, dan... media sosial?

Selain menahan diri dari makan dan minum selama waktu yang telah ditentukan, puasa Ramadhan juga menuntut kita untuk menahan nafsu dan mengendalikan diri dari segala godaan yang mungkin mengganggu kualitas ibadah kita.

Salah satu godaan di era modern yang dapat mengganggu konsentrasi dan mempengaruhi kita adalah media sosial. 

Dalam bulan Ramadhan, kita juga dapat memanfaatkan momen ini sebagai kesempatan untuk "puasa" dari media sosial. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun