Ramadanku, Ramadanmu, Ramadan Kita
Ada ibarah yang menarik dari terminologi ustadz salaim A. Fillah yaitu `tenggelam` dan `menyelam` atas kondisi manusia dalam konsep syukur. Terminologi ini sangat apik jika dibawa untuk menikmati bulan Suci ramadan yang menurut saya juga dapat dibedakan dengan kategori yaitu menyelam dan tenggelam.
Kategori pertama Menyelam, Ibarat seorang penyelam yang ingin menyelami samudera yang indah, dia sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Penyelam tahu betul lokasi laut mana yang akan dia nikmati. Sebuah alam ciptaan tuhan yang tidak biasa dinikmati banyak orang sebagaimana daratan.
Laut adalah citaan Tuhan yang lebih luas daripada daratan yang tidak semua orang dapat mengeksploitasi keberadaannya. Untuk menyelam harus mempersiapkan berbagai alat seperti baju menyelam, selang oksigen beserta tabungnya, menyewa kapal dan membutuhkan waktu yang terbatas.
Ketika hari itu tiba sang penyelam akan menikmati pemandangan indah ciptaan Tuhan berupa ikan warna-warni dengan berbagai ukuran, batu karang yang begitu kokoh yang melindungi mahluk-mahluk laut, rumput laut yang bergoyang dan berbagi pemandangan indah lain yang tidak bisa terucap dan hanya bisa dinikmati pandangan mata.
Maka keluarlah kata-kata pujian bagi sang pencipta seperti "masya Allah!", "subhanallah!"," indah sekali!" dan tak terasa meneteslah air mata lewat pemandangan yang disuguhkan itu.
Ramadan adalah lautan yang kita tuju. Tidak banyak orang dapat menikmati bulan ini dengan baik maka puncak dari nikmat itu Allah SWT memberikannya lailatul Qadar agar sang hamba menikmati puncak kenikmatan itu bersama rabb-nya.
Bagi mereka ingin menikmati kelezatan dan keindahan bulan ini, mereka sudah mempersipakan betul `ikat pinggangnya` pada saat dua bulan sebelumnya, bulan Rajab dan Sya`ban dengan do`a-do`a yang memelas kepada sang Rabbul izzati sehabis sholat, Allahhhuma Baariklanaa fii rajaba wasya`banaa waballighnaa ramadhanaa. Ketika Allah SWT mengijinkan dan mengabulkan do`a hambanya maka dipertemukanlah kembali dengan bulan ini dan mempersilakan sang hamba untuk menyelami kenikmatan dan keberkahan bulan ramadan.
Mereka yang betul-betul menikmati ramadan, mereka gunakan setiap setiap detiknya mengarungi nikmat pahala yang Dia dijanjikan. Bahkan kesempatan ramadan itu jauh lebih nikmat dari pahala yang dijanjikan karena inilah bulan milik Allah dan hanya Allah SWT yang dapat memberikan pahala yang pantas. Upaya eksplorasi kenikmatan ini hanya dibatasi kurang lebih 30 hari untuk menikmatinya. Tadarrus, sholat wajib, sholat sunnah, sedekah, kegiatan sosial, tidak makan yang berlebihan dan berbagai kenikmatan lain yang patut disyukuri.
Kategori kedua adalah tenggelam, orang yang tenggelam dalah orang yang tidak punya niat menyelam. Dia sebenarnya tidak mempunyai kemampuan berenang yang baik . Niat pertamanya yang ingin menikmati laut di atas perahu terganggu dengan kebocoran perahu yang memaksanya untuk menyelamatkan diri dari dasar laut yang dalam.
Dia hanya ingin menikmati di permukaan laut dan tidak ingin masuk ke dalamnya. Keterpaksaan itu membuat dirinya sekuat tenaga agar tidak tenggelam dengan berbagai gerakan tubuhnya padahal kalau mau dia juga disuguhi pemandangan yang indah di dalam laut namun dia tidak dapat menikmatinya atau malah justru tidak mau.