Ali Maksum
Ali Maksum Guru

Guru, Aktifis dan Pemerhati pendidikan

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Ramadanku, Ramadanmu, Ramadan Kita

17 Maret 2024   06:06 Diperbarui: 17 Maret 2024   08:09 727
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ramadanku, Ramadanmu, Ramadan Kita
Festival keislaman di Paramount School/Dok Pribadi

Ada ibarah yang menarik dari terminologi  ustadz salaim A. Fillah yaitu `tenggelam` dan `menyelam` atas kondisi manusia dalam konsep syukur. Terminologi ini sangat apik jika dibawa untuk menikmati bulan Suci ramadan yang menurut saya juga dapat dibedakan dengan kategori yaitu  menyelam dan tenggelam. 

Kategori pertama Menyelam, Ibarat seorang penyelam yang ingin menyelami samudera yang indah, dia sudah mempersiapkan segala sesuatunya. Penyelam tahu betul lokasi laut mana yang akan dia nikmati. Sebuah alam ciptaan tuhan yang tidak biasa dinikmati banyak orang sebagaimana daratan. 

Laut adalah citaan Tuhan yang lebih luas daripada daratan yang tidak semua orang dapat mengeksploitasi keberadaannya. Untuk menyelam harus mempersiapkan berbagai alat seperti baju menyelam, selang oksigen  beserta tabungnya, menyewa kapal dan membutuhkan waktu yang terbatas. 

Ketika hari itu tiba sang penyelam akan menikmati pemandangan indah ciptaan Tuhan berupa ikan warna-warni dengan berbagai ukuran, batu karang yang begitu kokoh yang melindungi mahluk-mahluk laut, rumput laut yang bergoyang dan berbagi pemandangan indah lain yang tidak bisa terucap dan hanya bisa dinikmati pandangan mata.  

Maka keluarlah kata-kata pujian bagi sang pencipta seperti "masya Allah!", "subhanallah!"," indah sekali!" dan tak terasa meneteslah air mata lewat pemandangan yang disuguhkan itu.

Ramadan adalah lautan yang kita tuju. Tidak banyak orang dapat menikmati bulan ini dengan baik maka puncak dari nikmat itu Allah SWT memberikannya lailatul Qadar agar sang hamba menikmati puncak kenikmatan itu bersama rabb-nya. 

Bagi mereka ingin menikmati kelezatan dan keindahan bulan ini, mereka sudah mempersipakan betul `ikat pinggangnya` pada saat dua bulan sebelumnya, bulan Rajab dan Sya`ban dengan do`a-do`a yang memelas kepada sang Rabbul izzati sehabis sholat, Allahhhuma Baariklanaa fii rajaba wasya`banaa waballighnaa ramadhanaa. Ketika Allah SWT mengijinkan dan mengabulkan do`a hambanya maka dipertemukanlah kembali dengan bulan ini dan mempersilakan sang hamba untuk menyelami kenikmatan dan keberkahan bulan ramadan. 

Mereka yang betul-betul menikmati ramadan, mereka gunakan setiap setiap detiknya mengarungi nikmat pahala yang Dia dijanjikan. Bahkan kesempatan ramadan itu jauh lebih nikmat dari pahala yang dijanjikan karena inilah bulan milik Allah dan hanya Allah SWT yang dapat memberikan pahala yang pantas. Upaya eksplorasi kenikmatan ini hanya dibatasi kurang lebih 30 hari untuk menikmatinya. Tadarrus, sholat wajib, sholat sunnah, sedekah, kegiatan sosial, tidak makan yang berlebihan dan berbagai kenikmatan lain yang patut disyukuri. 

Kategori kedua adalah tenggelam, orang yang tenggelam dalah orang yang tidak punya niat menyelam. Dia sebenarnya tidak mempunyai kemampuan berenang yang baik . Niat pertamanya yang ingin menikmati laut di atas perahu terganggu dengan kebocoran perahu yang memaksanya untuk menyelamatkan diri dari dasar laut yang dalam. 

Dia hanya ingin menikmati di permukaan laut dan tidak ingin masuk ke dalamnya. Keterpaksaan itu membuat dirinya sekuat tenaga  agar tidak tenggelam dengan berbagai gerakan tubuhnya padahal kalau mau dia juga disuguhi pemandangan yang indah di dalam laut namun dia tidak dapat menikmatinya atau malah justru tidak mau. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun