Puasa dan Pembebasan
Puasa adalah salah satu praktik peribadatan yang umum dilakukan umat Muslim di seluruh dunia. Bahkan sebetulnya laku puasa sangat dibutuhkan umat manusia apapun agamanya demi kelangsungan hidupnya agar tetap berkualitas. Hewan seperti ulat dan ular juga berpuasa agar hidupnya tetap baik dan semakin baik.
Puasa dengan fungsinya sebagai laku perbaikan dan perubahan kualitas hidup, maka puasa bukan sekadar menahan diri dari makan dan minum selama periode tertentu, tetapi juga memiliki makna dan tujuan yang lebih dalam. Puasa juga dapat diartikan sebagai bentuk pembebasan dari segala hal yang tidak baik bagi kelangsungan hidup manusia dan makhluk lainnya.
Dalam konteks ini, puasa bagi manusia, khususnya bagi umat Muslim dapat dipandang sebagai suatu cara untuk membersihkan jiwa dan pikiran dari hal-hal yang negatif. Dengan menahan diri dari keinginan duniawi, dapat menjadi lebih fokus dan introspeksi terhadap diri sendiri. Dua hal yang akhir-akhir ini menjadi kedodoran karena setiap orang justru fokus pada diri orang lain. Kehadiran ibadah puasa di tengah situasi-kondisi seperti ini diharapkan dapat membantu meningkatkan kembali kesabaran, disiplin, dan kontrol diri.
Selama bulan Ramadan, umat Muslim diwajibkan berpuasa dari fajar hingga terbenam matahari. Selama periode ini, mereka diharapkan untuk meninggalkan segala bentuk kemaksiatan dan dosa, serta lebih mendekatkan diri pada Tuhan. Puasa Ramadan juga dianggap sebagai waktu istimewa untuk meningkatkan ibadah, sedekah, dan amal kebaikan lainnya. Dengan demikian, segala keburukan yang selama ini mengharu biru kehidupan dapat tereliminasi dengan sendirinya. Sebuah metode perbaikan sikap dan perilaku yang lebih berfokus pada optimalisasi potensi kebaikan dan bukan dengan cara membongkar-bongkar keburukan secara lebih dominan.
Pembebasan dalam konteks puasa juga dapat diinterpretasikan sebagai upaya untuk membebaskan diri dari ketergantungan pada nafsu duniawi dan materi. Belenggu materi yang telah membuat kemandirian manusia semakin rapuh. Orang dengan mudah merasa kurang percaya diri tanpa perhiasan, merasa kurang bergengsi karena tubuhnya tidak dibalut pakaian brandid, merasa kurang update bila tidak bisa terlibat obrolan tentang berbagai trend baru gaya hidup yang hedonistik. Dengan puasa yang mengharuskan manusia untuk mengendalikan keinginan duniawi, diharapkan dapat mencapai kebangkitan spiritual dan mendekatkan diri kembali pada Tuhan. Puasa juga dapat membantu mengatasi ketergantungan pada makanan, minuman, dan hal-hal duniawi lainnya yang dapat menghalangi usaha mencapai kesucian diri.
Dalam praktiknya secara sosiologis, puasa juga bisa menjadi sarana untuk mendukung pembebasan dari ketidakadilan sosial dan ketidaksetaraan. Melalui puasa, dapat mengalami empati dan kepedulian terhadap sesama yang kurang beruntung. Selain itu, puasa juga dapat menjadi ajang untuk meningkatkan solidaritas dan kebersamaan dalam komunitas Muslim, sesama manusia, bahkan alam semesta.
Dapat disaksikan dengan jelas pada akhir-akhir ini dunia sedang tidak baik-baik saja. Rasa kemanusiaan semakin terusik oleh kezaliman yang luar biasa. Bangsa-bangsa yang kuat semakin tidak peduli terhadap nasib buruk sesamanya yang lemah. Kezaliman zionis Israel terhadap bangsa Palestina menjadi contohnya yang paling vulgar dan kasat mata. Sedangkan di belahan dunia lainnya, bangsa-bangsa yang sebetulnya memiliki kekuatan dan otoritas baru mampu menggelar perundingan demi perundingan untuk menyikapi peristiwa itu. Sementara puluhan ribu nyawa orang-orang yang tidak berdosa terus berjatuhan, tempat-tempat suci dihancurkan, rumah sakit dan bahkan tempat pengungsian tidak luput dari kekejian zionis.
Ulah zionis Israel hanya satu contoh kebengisan primitif paling vulgar yang terpampang jelas di etalase dunia modern. Kesadaran manusia tiba-tiba terusik dan marah dibuatnya. Sebuah reaksi yang wajar dan bahkan harus karena dipicu oleh peristiwa yang anti kemanusiaan. Selain itu, satu hal yang tidak boleh dilupakan adalah adanya kebengisan modern yang sulit dideteksi aksi-aksinya.
Kebengisan modern sangat manipulatif sehingga ia bisa bersembunyi di balik topeng keramahan, bisa berselancar dengan aman di atas kendaraan konstitusi, hukum, atau aturan formal. Sedangkan landasan etik dengan mudah dikesampingkan, dilemahkan, dan ditundukkan karena tidak ada "pasal-pasalnya". Kebengisan modern menganggap lumrah tindakan pungli dan korupsi selama bisa "mengakali" aturan. Dan hebatnya, para korbannya bisa tenang-tenang saja dan memandang itu sebagai hal yang wajar terjadi di dunia nyata. Bagi mereka yang tidak mengikutinya, bisa diblack list dan dikucilkan dari pergaulan "dunia nyata"
Puasa dan pembebasan merupakan dua konsep yang saling terkait dan saling mendukung dalam praktik keagamaan umat Muslim. Melalui puasa, dapat mencapai pembebasan dari segala hambatan dalam mencapai kesucian dan kedekatan pada Tuhan. Puasa juga mengajarkan perenungan akan makna dan tujuan hidup, serta mengembangkan kualitas spiritual dan moral. Puasa menuntun manusia menuju ke kehidupan yang modern. Di mana setiap manusia dihargai hak hidupnya atas dasar kesuciannya dan bukan karena jenis kelamin, ras, kebangsaan, jabatan, harta dan sebagainya.
Sebagai penutup dapat ditegaskan bahwa puasa lebih dari sekadar menahan diri dari makan dan minum. Puasa adalah kesempatan untuk membersihkan jiwa, membebaskan diri dari ketergantungan pada segala hal yang bersifat duniawi, mendekatkan diri pada Tuhan dan hanya menggantungkan hidup kepada-Nya. Melalui puasa, dapat dicapai kebangkitan spiritual, kekuatan moral, dan pembebasan dari segala hal yang negatif dalam hidup. Puasa membebaskan manusia dari segala belenggu keburukan, baik yang berbentuk primitif dan vulgar maupun yang terbungkus kemoderenan yang indah dan menawan.