Serba-serbi Ramadhan Mengenal Masjid Jogokariyan
Masyarakat kota Yogyakarta pastinya sudah tidak asing lagi dengan masjid Jogokariyan. Apa lagi dengan festival kampung Ramadhan yang diadakan masjid ini tersebut setiap tahunnya. Nama Jogokariyan itu sendiri diambil dari nama kampug dimana masjid itu berada,masjid ini dulu dibangun diatas tanah wakaf seluas 600 meter persegi yang kemudian berkembang menjadi 1.118 meter persegi, pembangunan masjid diawali oleh ide dari pengusaha batik dari Karangkajen yang bernama H.Jazuri. Masjid Jogokariyan ini memiliki tiga lantai. Masjid Jogokariyan ini terletak di Jl. Jogokariyan No.36, Mantrijeron, kecamatan Mantrijeron, kota Yogyakarta. Jika dari masjid kita ingin ke alun-alun kidul kita dapat menempuh jarak sejauh 2 km. Masjid Jogokariyah sudah berdiri sejak bulan Agustus 1967. Keunikan masjid ini terletak pada logo masjidnya yang menggunakan tiga bahasa yaitu Arab, Jawa, dan Indonesia. Pada tanggal 22 Agustus 2016, Masjid Jogokariyan telah berhasil meraih juara pertama lomba masjid percontohan yang diadakan oleh Departeman Agama (Depag) DIY.
Masjid Jogokariyan ini adalah salah satu masjid yang terkenal atau populer dikota Yogyakarta karena program yang diadakan oleh masjid serta pengelolaan masjid yang baik dan bagus. Salah satu program masjid Jogokariyan yang terkenal adalah program Infak Nol Rupiah sehingga saldo infak yang masuk selalu habis untuk keperluan masjid dan warga sekitar. Kemudian pada saat bulan Ramadhan masjid Jogokariyan selalu rutin membagikan ribuan takjil gratis dengan menu yang berbeda-beda setiap harinya, adapun acara festival yang diadakan oleh masjid saat bulan Ramadhan dikenal dengan istilah Kampung Ramadhan Jogokariyan (KRJ).
KRJ setiap tahunya selalu ramai oleh pengunjung terutama saat sore hari menjelang buka puasa, pengunjung datang dari berbagai kalangan dari mulai orang tua, para remaja dan anak-anak yang ingin mencicipi menu takjil gratis dan membeli berbagai macam jajanan takjil yang di perjual-belikan di jalanan masjid. Pada awalnya masjid Jogokariyan hanya membagikan menu takjil gratis pada saat bulan Ramadhan sebanyak 600 hingga 700 piring, tetapi jumlah makanan yang disediakan terus bertambah mencapai 3000 piring per harinya saat bulan Ramadhan yang bahkan dapat habis dalam hitungan menit, sehingga untuk mengantisipasi terjadinya kekurangan takjil panitia masjid menyediakan roti untuk di berikan kepada masyarakat yang tidak mendapat takjil.
Pada saat covid-19 masjid Jogokariyan juga masih menjalankan program bagi takjil gratis, hanya saja saat itu pihak panitia beserta para ibu-bapak jemaah masjid sepakat membagikan takjil dalam bentuk nasi box.
Kemudian saat masa covid-19 mereda, kini pembagian takjil gratis sudah kembali dalam bentu semula yaitu menggunakan piring. Dari semua itu kemudian munculah sebuah ide untuk mendatangkan pedagang di sekitar masjid Jogokariyan. Panitia tidak memberikan persyaratan yang sulit untuk para pedagang yang ingin berjualan, jenis makanan yang dijajakan beraneka ragam mulai dari menu kekinian sampai menu tradisional semua ada seperti korean street food, dumpling, sosis bakar, gulali, otak-otak, sate kere, tahu walik, risol, bakso bakar, dan masih banyak lagi. Dari tahun-ketahun jumlah pedagang yang ikut meramaikan KRJ semakin banyak hal itu pula yang semakin menarik minat warga untuk datang berkunjung bahkan ada banyak yang datang dari luar kampong atau yang bukan penduduk kampong Jogokariyan. Hal itu juglah yang menyebabkan KRJ menjadi salah satu ikon Ramadhan di kota Yogyakarta.
"Saya baru pertama kali datang, iseng saja mampir karna penasaran juga terkenal takjil gratisnya dan karna banyak yang jual jajan macam-macam, harganya juga masih aman di kantong." kata Meisa, salah satu pengunjung KRJ.