Kang Mizan
Kang Mizan Penulis

Pensiunan Peneliti Utama Kementerian Keuangan R.I.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Ikhlas dan Ridho plus Toleransi Hari Kedua Saum Ramadhan

7 Mei 2019   15:50 Diperbarui: 7 Mei 2019   19:48 9
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ikhlas dan Ridho plus Toleransi Hari Kedua Saum Ramadhan
pekerja Saudi di bulan Ramadhan | sumber: m.dream.co.id

Hari kedua Saum Ramadhan biasanya bagian dari hari-hari yang berat. Haus dan ingin udut bagi perokok merupakan ujian yang berat. Perut perih dan lemes juga biasanya merupakan bagian dari hari-hari itu. Cepat marah kadang juga menghampiri.

Itu pengalaman masa silam penulis ketika masih kerja di proyek pembangunan pabrik pupuk. Penulis yang sebagai penjaga gudang onderdil merasakan haus dan ingin udut sekitar jam sepuluh pagi atau lebih awal. Rasa lapar dan haus menjelang tengah hari. Beban itu mereda sesudah sholat Dhuhir berjamaah dan sedikit lemes hingga gudang tutup jam lima sore.

Itu juga pengalaman penulis dalam tahun-tahun pertama hijrah ke ibukota Jakarta. Sahur di warung berbuka juga di warung. Kebetulan sekitar kostan manyak warteg, warpad, dan warbak. Penjual makanan gerobak dorong yang mangkal sekitar kostan.

Kunci utama mengatasi beban fisik yang demikian adalah ikhlas dan ridho. Rasa beban yang berat itu berangsur-angsur ringan dengan sendirinya ketika kewajiban Saum Ramadhan dijalankan dengan ikhlas dan ridho.

Ikhlas dan Ridho mengatasi kekhawatiran jatuh sakit. Itu juga meredakan pikiran untuk makan minum dan udut. Termasuk juga itu berkontribusi meredahkan baper, ceoat marah, dan yang sekitar itu.

Namun, bagi pekerja lapangan tirakat penulis itu jarang ada yang melakukanya. Montir mobil dan alat-alat berat di proyek pabrik pupuk tersebut jarang, jika ada, yang puasa. Demikian juga hal nya dengan operator alat-alat berat, welder, pipe fitter, painter, dan sebagainya.

Subhanallah kita Muslims bertoleransi dengan Saudara kita yang demikian. Kita bertoleransi baik untuk orang Islam maupun yang bukan. Perusahaan kami tetap mengizinkan kantin dibuka sepanjang hari. 

Subhanallah. Islam memang hebat. Mereka pekerja lapang tersebut dibebaskan dari kewajiban Saum Ramadhan. Mereka hanya wajib membayar fidiyah untuk orang miskin, anak terlantar dan kaum dhuafa lainnya.

Ramadhan mendidik kaumnya berjiwa sosial yang tinggi. Ramadhan tidak menyulitkan bagi yang memiliki kendala pekerjaan dan kesehatan.

Subhanallah Islam memang indah. Islam memang damai. Islam memang memiliki toleransi internal dan toleransi untuk pemeluk agama lain.

Insha Allah tetap damai, ceria, bersemangat hingga Idul Fitri. Amin YRA

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun