Taufik Al Mubarak
Taufik Al Mubarak Full Time Blogger

Taufik Al Mubarak, blogger yang tak kunjung pensiun. Mengelola blog https://pingkom.com

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Pantai Kampung Jawa, Lokasi Ngabuburit Favorit di Banda Aceh

16 Maret 2024   21:35 Diperbarui: 16 Maret 2024   21:39 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pantai Kampung Jawa, Lokasi Ngabuburit Favorit di Banda Aceh
Ilustrasi seorang pemancing di atas sebuah sampan. Photo: Taufik

Masing-masing kita tentu saja memiliki lokasi ngabuburit favorit tersendiri. Dan, lokasi ngabuburit, itu terdapat di sejumlah tempat, di desa maupun di kota. Bagi orang desa, tempat ngabuburit di kota sering jadi lokasi favorit, sementara bagi orang kota lokasi itu terdapat di desa atau di pelosok yang jauh dari kebisingan kota. Karena itulah lahir sebuah ungkapan, "tempat yang paling bagus itu berada di lokasi di mana kita tidak ada di situ."

Saya cenderung mengamini ungkapan tersebut. Bagi saya yang lahir dan besar di kampung, lokasi favorit saya itu berada di pantai. Di mana pun pantai itu berada. Bahkan, secara berkelakar, saya kerap menulis bio usul di beberapa media sosial dengan keterangan "lelaki yang menyukai pantai". Ini bukan sesuatu yang mengada-ngada. Sebab, saban waktu saya kerap menghabiskan waktu dengan mengunjungi pantai, terutama pantai yang berdekatan dengan tempat di mana saya tinggal.

Jauh sebelum ramadan tiba, saya kerap menghabiskan banyak waktu di Pantai Kampung Jawa, Kecamatan Kutaraja, Banda Aceh. Tempatnya hanya sekitar 15 menit berkendara dari tempat saya tinggal. Pantai ini menjadi tempat favorit bagi banyak warga kota. Selain tempatnya bersih, di pantai ini ada aktivitas penangkapan ikan secara tradisional: tarik pukat. Tradisi menjaring ikan ini sudah berjalan secara turun-temurun, diwariskan dari satu generasi ke generasi lain.

Setiap hari, sedikitnya, ada tiga kali kegiatan tarik pukat: pagi hari, siang hari, dan sore hari. Jenis ikan yang ditangkap para nelayan pukat darat ini bervariasi, dari jenis ikan biasa hingga ikan yang berharga mahal. Ikan yang ditangkap langsung dijual di lokasi penangkapan. Warga kota tentu saja sangat menyukai kegiatan membeli ikan langsung dari nelayan pukat darat. Ikan yang dijual itu masih hidup, segar dan belum kena es. Rasa ikan ini tentu saja sedikit berbeda dengan ikan yang biasanya dijual di pasar.

Warga yang datang ke pantai Kampung Jawa ini, tentu saja tidak hanya menikmati tradisi menangkap ikan secara tradisional. Ada banyak cafe di sana yang menyediakan tempat nongkrong langsung di bibir pantai. Selain itu, warga bisa berpose di taman yang sudah dibuatkan tugu 0 KM Banda Aceh. Ya, di pantai itulah asal mula kota Banda Aceh yang masyhur itu. Pengunjung bisa mengabadikan foto dengan latar belakang tugu 0 KM Banda Aceh.

Bisa dibilang, saya lebih banyak menghabiskan waktu di pantai ini. Melihat para nelayan pukat darat menjaring ikan serta bercengkrama dengan warga yang memilih bermain dadu/gaple di balai  nelayan. Saking seringnya saya berkunjung ke pantai ini, saya bisa tahu mana saja anggota tarik pukat darat yang sudah berganti, sifat dan karakter para pemain dadu, serta jenis ikan yang ditangkap. Cukup banyak saya mengabadikan momen di pantai ini dengan gambar para pemain dadu atau nelayan pukat darat.

Nah, jika ditanya di mana tempat ngabuburit favorit di Banda Aceh, saya bisa langsung mengatakan di Pantai Kampung Jawa. Ini bukan hanya tempat favorit bagi saya, melainkan bagi banyak warga kota. Apalagi, jika sore hari, pantai ini dipenuhi banyak pengunjung: ada yang memilih bersantai, memancing ikan atau berpose di tugu nol kilometer Banda Aceh. 

Selain itu, pantai ini menjadi lokasi yang menghubungkan ke pantai Ulee Lheu. Sejak memiliki jalan di tepi pantai yang tembus ke pelabuhan penyeberangan itu, banyak warga memilih menghabiskan waktu ngabuburit dengan melintasi kawasan ini.

Sambi menghabiskan waktu menunggu berbuka, mereka dapat menikmati aktivitas penangkapan ikan secara tradisional maupun para pemancing yang memadati tanggul di pantai Kampung Jawa. Benar-benar menjadi tempat yang paling dirindukan untuk menunggu waktu berbuka tiba. []

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun