Alviyatun
Alviyatun Tenaga Kesehatan

Blog : https://alviyatunyudi.blogspot.com/ Pesan : Proses belajar berjalan sepanjang hayat, proses sabar dan ikhlas menerima dan menjalani segala ketentuan Allah dengan ikkhtiyar yang optimal

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Malam-Malam Ramadhan yang Mengesankan

19 April 2021   21:52 Diperbarui: 19 April 2021   22:24 1988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Malam-Malam Ramadhan yang Mengesankan
Foto: www.goodnewsfromindonesia.id

Untuk penerangan di langgar pun menggunakan lampu Petromaks yang sumber lampunya menggunakan kaus lampu dengan bahan bakar minyak tanah. Lampu yang konon berasal dari Jerman ini diciptakan pertama kali oleh Max Graetz dan dipatenkan pada 5 November 1910. Lampu berbahan bakar minyak tanah ini dipompa sampai kaus lampunya menyala.( https://www.kaskus.co.id/thread/5371abd1fcca17290f00023a/sejarah-lampu-petromax).

Walaupun lampu Petromaks ini sangat popular pada waktu dulu, tetapi tidak setiap rumah memiliki. Dan hanya digunakan pada acara-acara tertentu saja, karena mahalnya harga minyak tanah waktu itu, sedangkan ekonomi rakyat belum sepenuhnya membaik dan stabil. Pinjam meminjam lampu Petromaks antar tetangga adalah hal sangat lazim.

Kembali mengenang kondisi langgar yang tak semewah dan sebagus bangunan masjid pada zaman sekarang, dengan lantai yang hanya dengan campuran semen yang sangat sedikit, hingga rupa lantai tak secantik lantai keramik. Beberapa bagian lantai pun telah rusak dan permukaan menjadi tak rata. Tetapi kami tetap semangat untuk menunaikan ibadah sholat tarawih. Walaupun pada kenyataannya hanya senang berkumpul dengan teman-teman. Ups...

Ya, begitulah...kami anak-anak dusun jauh dari kota, tanpa penerangan listrik sama sekali, di rumah pun hanya lampu gelek (lampu sumbu minyak tanah) yang kecil, hingga hanya remang-remang saja. Penerangan alami yang sangat dinanti adalah pada saat bulan purnama, kami keluar rumah untuk bermain-main dengan teman sebaya. Tak ada rasa takut, atau khawatir dari orang tua anaknya akan salah pergaulan, karena kami hanya bermain di depan rumah yang pepohonan masih rindang dan rimbun, mendukung sekali untuk bermain petak umpet. Membahagiakan sekali. Ah jadi kangen pingin mengulang kembali...

Seminggu sekali kami mengaji belajar membaca huruf hijaiyah ke rumah tetangga. Beliau adalah cucu dari mbah Soma pemilik langgar, semoga Allah merahmatinya, aamiin. Methode membaca huruf hijaiyah metode lama, alif fathah a, alif kasrah I, alif dhomah u, dibaca a i u...ba' fathah ba, ba' kasrah bi, ba'dhomah bu, dibaca ba bi bu...dan seterusnya.

Kegiatan sholat fardhu di langar pun belum ada, karena adzan pun tidak pernah terdengar dari langar. Pada waktu itu di langar belum ada soundsistem, sehingga tanda berbuka hanya kami dengar dari Radio Republik Indonesia (RRI) Yogyakarta. Jika suara sirine di radio sudah terdengar, maka kami menyegerakan untuk berbuka.

Demikian pula saat menanti imsyak kami juga mengandalkan kode dari radio, yang selalu menyuguhkan hiburan lahu-lagu yang asyik saat menunggu imsyak.

Kegiatan Ramadhan kala itu tidak sebanyak masa-masa sekarang. Tetapi mendekati minggu terakhir, ada kegiatan pembagian zakat fitrah bagi yang mampu. Pembagian ini dilakukan oleh massing-masing rumah tangga yang mampu, tidak dikoordinir oleh takmir atau panitia. Masing-masing rumah tangga membagikan sendiri zakat fitrahnya kepada yang berhak menerima. Sebagai anak pertama saya kebagian membagikan zakat ke tetangga.

Menjelang hari raya idul fitri, seluruh warga dusun, yang sudah melakukan sholat fardhu secara rutin maupun yang belum melakukan, berkumpul di langgar ikut melaksanakan sholat idul fitri. Kebahagiaan itu kami rasakan bersama, dari anak-anak, remaja, dewasa, orangtua, para sesepuh laki dan perempuan.

Sebagai anak-anak apalagi, bahagia banget karena salah satu pemuka agama (mbah kaum) di dusun kami selalu membagikan uang kepada anak-anak. Walaupun hanya 100 sampai 200 rupiah per anak, tapi nilainya bagi kami sangat besar. Semoga Allah merahmati beliau dan menempatkan di tempat terbaik di sisiNya. Aamiin.

Demikian sekelumit nostalgia masa kecil saat Ramadhan.

Bantul, 19 April 2021

Salam,

Alviyatun

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun