Blog : https://alviyatunyudi.blogspot.com/ Pesan : Proses belajar berjalan sepanjang hayat, proses sabar dan ikhlas menerima dan menjalani segala ketentuan Allah dengan ikkhtiyar yang optimal
Siti Fatimah Az-Zahra, Putri Nabi yang Berhati Mulia
Sosok Siti Fatimah selalu lekat dengan nama Nabi Muhammad Shalallahu 'alaihi wassalam. Beliau putri dari Nabi agung Muhammad SAW, nabi terakhir yang diutus oleh Allah. Kemuliaan hati sang ayahanda menjadi contoh teladan bagi keturunannya, para sahabat, dan seluruh manusia di bumi ini hingga akhir zaman.
Demikian pula dengan Siti Fatimah yang merupakan putra ke empat Nabi Muhammad SAW. Kemuliaan hatinya sungguh mempesona. Saya pribadi mengaguminya. Betapa akhlaknya yang mulia tercermin dalam kehidupannya sehari-hari.
Salah satu peristiwa terjadi pada suatu hari, ketika seorang ahli sihir dari suku bani Asam mengeluarkan kata-kata makian kepada Rasulullah SAW, tetapi nabi Muhammad menjawab dengan lembut. Ahli sihir ini pun kagum dengan akhlak sang Rasulullah SAW dan akhirnya memeluk agama Islam.
Karena ahli sihir tersebut dalam kondisi lapar, nabi Muhammad menyuruh Salman agar membawa ahli sihir tersebut ke tempat saudara seagama Isalm untuk dapat diberikan makanan. Tetapi ternyata tak seorang pun dapat memberinya makanan karena memang bukan waktunya makan.
Kemudian dibawalah ia ke rumah Siti Fatimah putri nabi. Salman menjelaskan maksud kedatangannya. Siti Fatimah menangis karena ternyata di rumahnya pun tak ada sesuatu yang bisa dimakan. Tetapi Fatimah Az-zahra tak ingin membiarkan tamunya pulang dalam keadaan perutnya kosong tak terisi makanan.
Akhirnya ia melepas kain kerudungnya, dan meminta Salman untuk menukarkan kain tersebut kepada orang Yahudi, dengan makanan berupa jagung. Salman pun pergi menukarkan kain tersebut dan membawa jagung kepada Fatimah. Salman dan ahli sihir tersebut sangat terharu dengan kemurahan hati putri nabi ini.
Setelah jagung tersebut diolah menjadi roti dan diberikan kepada ahli sihir, Salman menyarankan agar Fatimah menyisihkan sebagian roti untuk anak-anaknya. Tapi ia menolak, karena ia telah memberikan kain kerudungnya untuk kepentingan di jalan Allah, sehingga ia merasa tidak berhak lagi akan kerudungnya tersebut. MasyaAllah. Semoga Allah merahmatinya. Cerita dilansir dari www.merdeka.com
Hikmah dari cerita ini adalah keikhlasan. Keikhlasan adalah kerelaan seseorang akan sesuatu yang dimilikinya, untuk diberikan kepada orang lain. Keikhlasan hanya dimiliki oleh orang yang berhati mulia / berakhlak mulia.
Akhlak mulia ini diperoleh dari pola asuh orangtua, dari mulai masih usia belia/anak-anak. Di usia dini anak-anak ditanamkanlah akhlak mulia ini melalui suri teladan orangtuanya. Jika orangtua telah membimbing putra putrinya semenjak dini dengan contoh nyata, insyaAllah anak akan memiliki perilaku yang tak jauh berbeda dari orangtuanya.
Nabi Muhammad telah menjadi orangtua teladan bagi putra-putrinya. Bahkan bagi seluruh keluarga dan umat manusia di dunia sampai akhir zaman. Oleh karena itu setiap tindakan dan perilaku kita selayaknya selalu bercermin kepada akhlak Rasulullah SAW.
Selain keikhlasan hatinya, Fatimah juga sangat sederhana. Walaupun merupakan putri dari seorang Nabi besar penutup semua nabi, tetapi ia hidup dalam kesederhanaan. Dikutip dari www.kisahsejarah.id, bersama suaminya Ali bin Abi Thalib, selama pernikahannya ia tak pernah tidur menggunakan kasur. tetapi hanya memakai kulit kambing sebagai alas tidurnya di malam hari.