Selama Mudik Lebaran, Ikan Segar Bugar Pun Turut Berlibur dari Dapur Warga Kampung
Sudah hampir sepekan, suasana kampung tampak sepi. Tak lagi terlihat dan terdengar iringan dan sirene panjang sepeda motor dari para penjual ikan. Sebagaimana dari biasanya, mereka selalu menjadi pengendara pertama yang melintasi setiap jalan dan jalur yang ada di kampung.
Bahkan tak ayal, kedatangan mereka semacam alarm pagi bagi warga kampung untuk segera menjemput hari baru.
Terutama sekali yang selalu setia menantikan kedatangan mereka adalah mama-mama dari balik dapur masing-masing.
Begitu terdengar bunyi sirene di kejauhan, mereka sudah lebih dulu berjejeran di depan jalan untuk segera mendapatkan ikan segar bugar hari itu.
Begitulah kenyataannya, sebagian besar para penjual ikan itu datangnya dari Bari, ibukota kecamatan yang terletak di pesisir pantai Utara.
Mereka itu adalah warga pendatang entah itu dari Bima (NTB) ataupun dari Makasar dan pulau-pulau kecil seputaran Sulawesi yang sudah lama menetap di sana dengan melaut atau nelayan adalah mata pencaharian utamanya.
Lazimnya, dari hasil tangkapan ikan setiap malamnya, langsung diedarkan ke setiap pelosok kecamatan, desa-desa ataupun perkampungan entah itu yang dekat dengan pemukiman mereka, maupun yang jauh bahkan pelosok sekalipun.
Mereka dengan penuh kesetiaan dan konsisten menjumpai semua warga yang ada di 4 kecamatan yang ada yakni Macang Pacar, Pacar, Ndoso dan Kuwus untuk menjajakan ikan-ikan hasil tangkapan mereka.
Profesi atau pekerjaan ini telah mereka tekuni sejak kondisi jalan yang masih serba amburadul hingga sekarang telah dilapisi dengan aspal, mereka tetap setia dan konsisten untuk menjual ikan hanya dengan sepeda motor.
Berkat konsistensinya tersebut, tak ayal mereka menjadi bulan-bulanan dari warga kampung yang ada di bagian pegunungan. Setia menantikan mereka di setiap pagi menjelang. Bahkan sudah saling kenal bahkan hingga sangat akrab untuk saling menyapa satu sama lain.