Nama pena Elina Ajrie. Ibu rumah tangga. Hobi coret-coret semenjak kelas 3 SD. Sudah memiliki sekitar 6 buku puisi solo dan 20 antologi cerpen-puisi.
Lebaran Nggak Harus Serba Baru, Emang Iya?
Bicara soal idul fitri, setiap orang apalagi emak-emak pasti sudah sibuk memikirkan apa dan bagaimana seragaman keluarga nantinya. Mulai dari warna, kombinasi, padu-padan, beli jadi atau jahit tempahan, dan segala hal yang mengikutinya. Pokoknya harus baru, di hari yang baru harus pakai yang baru dong, masa baju tahun lalu lagi.
Belum lagi antisipasi gengsi dikatakan tak punya baju atau tak mampu beli baju baru. Waduh. entah dimulai darimana, ketika kecil dulu, saya juga termasuk anak kecil yang selalu menanyakan ini kepada orang tua ketika lebaran tinggal beberapa kedipan mata.
Sebenarnya, bagaimana sih hukumnya? Pentingan mana luar atau dalamnya yang baru? Pakaian baru atau imannya yang terbarukan? Yuk simak hadits pertama yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi dan Al Hakim, yang artinya diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali RA, ia berkata, ‘Rasulullah SAW telah memerintahkan kami pada dua hari raya agar memakai pakaian terbaik yang kami temukan . See? Pakaian terbaik, bukan baru.
Dari sini bisa disimpulkan bahwasanya pakaian lama pun bisa menjadi pakaian terbaik jika dirawat sedemikian rupa. Ada pula hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari No 948 mengenai pakaian sutra yang dikenakan Umar RA, yang artinya Pakaian seperti ini membuat seseorang tidak mendapatkan bagian di akhirat. Dapat kita pahami di sini yang dilarang Rasulullah adalah penggunaan sutra untuk laki laki muslim. Mengapa? Karena dalam Islam, laki-laki dilarang mengenakan pakaian yang menyerupai wanita, sementara sutra merupakan lambang kelembutan yang notabene dimiliki oleh perempuan.
Jadi bagaimana hukumnya mengenakan baju baru saat idul fitri? Nah, menurut para ulama, hal tersebut dihukum sunnah. Dikerjakan mendapat pahala, ditinggalkan tidak berdosa. Penting juga untuk menetapkan batasan anggaran agar tidak jatuh kepada pemborosan atau kemelaratan sehabis membeli baju baru. Jangan sampai menimbulkan hutang baru karena memaksakan beli baju baru yang sudah jelas-jelas hukumnya sunnah, bukan wajib.
Esensinya yang paling utama tetap kembali kepada kebaruan iman. Jangan hanya memperbaiki tampilan luar, sedangkan iman stay di level yang itu-itu saja, padahal sudah melewati tempaan selama 30 hari Ramadhan. Upgrade iman, baru setelahnya upgrade penampilan, itupun kalau budget mengizinkan. Kalau tidak? Tinggal memodifikasi atau padu padan pakaian lama menjadi sesuatu yang kreatif. Nggak ada sia-sia kan? Azas kemanfaatan tetap terjaga dan terpelihara.