Amidi
Amidi Dosen

Dosen dan Pengamat Ekonomi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mengapa Tradisi Menghabiskan Cuan Momen Lebaran Sulit Dihilangkan!

15 April 2024   14:47 Diperbarui: 15 April 2024   14:56 876
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa Tradisi Menghabiskan Cuan Momen Lebaran Sulit Dihilangkan!
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Kemudian yang mendorong pekerja/buruh atau kalangan anak negeri ini mudik,karena memang tersedia waktu libur. Libur lebaran sudah diputuskan secara nasional, berkisar satu minggu, waktu libur demikian memang berpeluang untuk digunakan mudik dan termasuklah berpergian atau tamasya di suatu tempat tamasya tertentu,


Habis Tidak Bisa Saving/Investasi.

Cuan yang diperoleh dari THR sebagian besar dikalangan pekerja/buruh habis begitu saja bahkan kurang. Apalagi bila dihubungkan dengan pemberian THR oleh perusahaan, karena masih ada saja perusahaan yang tidak memberikan THR, memberikan THR ala kadarnya/tidak sesuai dengan ketentuan. Sehingga cuan dari THR tersebut wajar saja kalau untuk memenuhi kebutuahan akan lebaran (berbelanja dan mudik) saja tidak cukup, apalagi jika mau digunakan untuk menabung atau investasi.

Dalam hal ini wajar kalau ada istilah, habis lebaran, lebar pula cuan ditangan. Artinya pasca lebaran, semua cuan yang dipegang, baik dari THR maupun dari gaji/honor bulanan habis/ludes. Bahkan terkadang, uang simpanan di Bank atau tabungan dalam bentuk lainnya pun terkuras untuk memenuhi kebutuhan akan lebaran tersebut, berbelanja dan mudik.

Bagaimana Sebaiknya?

Mencermati, fenomena berbelanja lebaran dan mudik tersebut, sudah selayaknyalah kalau kita mengalokasikan sebagian cuan THR, Gaji/Honor dan sumber penerimaan lain pada saat momen Ramadhan dan Lebaran tersebut.

Alokasikan cuan dari THR dan lainnya tersebut seperlunya saja, boleh saja memenuhi kebutuhan akan lebaran dan kebutuhan akan mudik tersebut, namun cuan yang dikeluarkan harus rasioal dan sesuai dengan kebutuhan saja.

Aktivitas mudik terkadang dilandasi rasa gengsi dan unsur pamer. Kita merasa gengsi jika tidak mudik, dengan penampilan yang glamor, mudik tidak "seret" jika tidak diikuti unsur pamer kekayaan atau kesuksesan. Dikalangan kita, masih ada yang merasa gengsi jika tidak mudik, merasa tidak "seret" jika tidak diikuti unsur pamer

Boleh saja kita berbagi dengan kelaurga di desa atau handai tolan, namun berbagi yang wajar, jangan berlebihan, hindari berbagi yang memberi kesan "terpaksa", hindari berbagi dengan tidak mempertimbangkan akan adanya pemenuhan kebutuhan untuk diri sendiriterlebih dahulu.

Upayakan ada bagian cuan yang dapat digunakan untuk menabung atau investasi, jika setiap adanya momen Ramadhan dan lebaran, kita terbiasa melakukan hal ini, maka lama-kelamaan akan terjadi akumulasi yang tidak kecil, sehingga cuan yang bisa kita kumpulkan   terus bertambah banyak dan pada saatnya dapat digunakan untuk kebutuhan yang lebih besar lagi, bisa merehab rumah, bisa membeli kendaraan, mengganti kendaraan yang usianya sudah tua, bisa untuk cadangan dana pendidikan anak, dan lainnya untuk masa depan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun