Amnan Alfasya IM
Amnan Alfasya IM Mahasiswa

Mahasiswa Ilmu Komunikasi UNISSULA

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Hikmah Psikologis Puasa

8 Maret 2024   02:53 Diperbarui: 10 Maret 2024   00:23 512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Hikmah Psikologis Puasa
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Filsafat Puasa

"Jarang ada pembahasan yang lengkap mengenai falsafah dan hikmah puasa. Secara fisik hanya merupakan bagian dari catatan medis dan tata cara penerapannya. para medis tidak sampai menyentuh taraf hakikat atas catatan yang dibuatnya."

Hari-hari bulan Ramadhan ibarat 30 butir (obat) yang dikonsumsi setiap tahun untuk penguatan lambung, penyucian darah, dan perawatan mesin pencerna tubuh. Namun bukan itu yang dimaksudkan di sini, akan tetapi kita akan mengambil inspirasi Islam yang mewajibkan puasa bagi penduduk bumi sebagai faktor yang mengukuhkan ide manusia, agar tidak terjadi perubahan jiwa akibat peristiwa yang datang silih berganti.

Kesetaraan

Puasa merupakan wujud kesetaraan ruhani yang dikehendaki syariah pada manusia, baik bagi si kaya maupun si miskin sebagaimana kesetaraan individu dalam shalat yang diwajibkan Islam bagi setiap muslim serta kesetaraan sosial dalam kewajiban ibadah haji bagi orang yang mampu melaksanakannya.

Kesetaraan ini ditujukan mengiringi jiwa manusia dengan tindakan nyata, bahwa ada kehidupan sejati di balik kehidupan dunia yang nisbi, hanya bisa terhujud dengan kesamaan rasa pada manusia, bukan saat berbeda. Yaitu saat bersama merasakan keprihatinan, bukan saat berkompetisi mengikuti keinginan (nafsu) yang beragam.

Perbedaan Kebutuhan (perut)

Jika kita perhatikan, pada hakikatnya tidak ada perbedaan dalam hal akal, nasib, martabat dan kepemilikan. Perbedaan terletak pada kebutuhan perut dan pengaruhnya terhadap akal dan perasaan. Bencana yang menimpa manusia berasal dari perut yang memicu tindakan akal di muka bumi. Ketika terjadi perbedaan antara perut dan otak, perut akan menjulurkan kekuatan pencernaannya yang tidak mampu diredam.

Di sini puasa berfungsi memberikan pendidikan dan pelatihan, dan menjadikan manusia setara, satu rasa, memberikan batasan antara perut dan materi (yang dibutuhkan), meredam segenap perangkat saraf di dalam tubuh untuk menerima makanan dan berbagai kenukmatan lainnya, bahkan hingga hisapan asap rokok.

Kasih Sayang Tumbuh dari Keprihatinan

Di antara prinsip ilmu jiwa adalah bahwa rasa kasih sayang timbul dari keprihatinan. Inilah sebagian rahasia puasa yang agung berkaitan dengan aspek sosial. Dengan berpuasa seseorang  benar-benar mencegah dirinya dari makanan atau serupa makanan agar tidak masuk ke perut. Dia melakukannya semata hanya ingin menaati perintah Allah. Ini adalah cara praktis mengembangkan kasih sayang dalam diri. Tidak ada cara lain yang lebih praktis selain musibah atau bencana. Namun antara keduanya terdapat perbedaan yang besar. Cara pertam (yaitu dengan berpuasa) adalah cara yang bijak, sementara yang kedua adalah cara yang buta. Cara pertama adalah cara untuk orang-orang yang khusus, sementara cara yang kedua adalah cara orang awam. Cara yang pertama adalah cara yang teratur, sedangkan cara yang kedua adalah cara yang membabi-buta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun