Andhika Zulkarnaen
Andhika Zulkarnaen Wiraswasta

A creativepreneur with more than 15 years of professional experience in communication, branding, and new media.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Soft Skill, Kunci Berkompetisi dan Beradaptasi dengan Perubahan Zaman

3 April 2020   06:43 Diperbarui: 12 April 2023   11:39 1730
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Soft Skill, Kunci Berkompetisi dan Beradaptasi dengan Perubahan Zaman
ilustrasi mencari inovasi. (sumber: g-stockphoto via kompas.com)

Saya kutip dari Okezone, Kasus di Afrika Selatan terjadi permasalahan utama terkait tingginya angka pengangguran. Terjadi diskoneksi antara tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang tidak bisa diimbangi oleh tingkat pertumbuhan lapangan pekerjaan. 

Hal ini akibat adanya skill mismatch antara apa yang dibutuhkan oleh dunia kerja dengan apa yang bisa ditawarkan oleh pekerja. Mismatch yang ada disebabkan karena kualitas pendidikan yang kurang baik dan kegagalan pemerintah menghubungkan antara kurikulum pendidikan dengan kebutuhan pasar tenaga kerja. 

Kondisi yang terjadi mengakibatnya sekitar 53% generasi milenial di Afrika Selatan menganggur karena tidak terserap pasar tenaga kerja.

Pentingnya pendidikan formal yang menghasilkan hard skill harus diimbangi dengan pendidikan non-formal yang mampu menghasilkan soft skill dengan baik. 

Pentingnya soft skill tidak hanya akan dirasakan dalam dunia kerja, tapi juga kehidupan sehari-hari terutama dalam bersosialisasi. Apalagi Indonesia adalah negara dengan beragam budaya, dan berbagai macam perbedaan lainnya. Bukankah perbedaan akan terasa indah apabila kita bisa saling mengerti dan menghargai?

Help young people. Help small guys. Because small guys will be big. Young people will have the seeds you bury in their minds, and when they grow up, they will change the world. - Jack Ma

Sedikit Solusi (yang belum saya pikirkan lebih jauh)

Saya tidak akan masuk dalam ranah pendidikan formal, apalagi mengurusi kurikulum. Selain karena bukan kapasitas, saya juga termasuk salah satu dari sekian orang yang kurang beruntung bisa merasakan pendidikan formal dengan baik (baca; tidak kuliah). 

Alangkah baiknya kalau lebih banyak program-program edukasi seperti seminar atau training yang mengajarkan soft skill dengan metode-metode tertentu. Bukan hanya dibanjiri seminar-seminar "Cara Mendongkrak Penghasilan Dengan Menggunakan Facebook Ads", "Cara Membuat Startup Dalam Waktu Singkat", dan seminar-seminar sejenis lainnya.

Apalagi isi seminarnya "hanya menjual mimpi".  Bermimpi itu baik dan harus, karna tanpa mimpi kita tidak akan punya tujuan. Tapi bermimpilah yang baik, karna mimpi terbaik bukanlah bunga mimpi tapi mimpi yang diwujudkan dan menjadi kenyataan.

Selain masalah pendidikan, mungkin kita juga perlu kesadaraan. Sadar akan pentingnya soft skill, sadar bahwa hard skill tanpa soft skill tidak akan berguna dengan baik, sadar bahwa ilmu yang baik adalah yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain. 

Sadar bahwa kecerdasaan yang berujung kesombongan akan menjatuhkan diri kita sendiri, sadar bahwa selain IQ kita juga butuh EQ dan SQ. Dan yang paling penting adalah sadar akan pentingnya empati.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun