Ziarah Kubur sebelum Ramadan
Ziarah kubur merupakan salah satu tradisi yang sering dilakukan bagi sebagian umat muslim. Kegiatan ziarah kubur ini bisa kapan saja dilakukan baik sendiri maupun bersama keluarga. Menjelang ramadhan, kegiatan ziarah kubur bagi masyarakat Bugis menjadi tradisi rutin dilakukan. Kuburan yang dikunjungi tentu kuburan keluarga dekat yang telah dipanggil menghadap sang Ilahi Allah SWT. Jika misalnya terdapat beberapa lokasi kuburan yang berbeda dan tidak terlalu jauh maka yang didahulukan adalah dari keluarga almarhum/almarhumah yang paling tua hingga yang paling muda dan dari yang paling dekat hingga keluarga jauh.
Tradisi ziarah kubur bagi masyarakat Bugis sudah turun temurun dilakukan. Meski beberapa kalangan yang mengharamkan dengan dalilnya. Namun bagi peziarah mengembalikan kepada dirinya bahwa tujuannya ingin mengingat kematian dan lebih mendekatkan kepada sang pencipta. Dengan prinsip demikian maka mereka menganggap terbebas dari kegiatan mendua dan sebagainya.
Ada hal menarik dalam kegiatan ziarah kubur bagi masyarakat Bugis jika dilakukan bersama (rombongan). Keluarga yang paling tua atau yang paham silsilah keturunan akan memberikan penjelasan tentang nama, kisah baik dan buruk bagi keluarga yang sudah meninggal. Kisah tersebut untuk diketahui anak cucu mereka. Jika kisahnya buruk tentu bukan untuk dicontoh, jika kisahnya baik tentu bisa menjadi tauladan. Selanjutnya bahwa detail kelahiran, di masa kecil, remaja, sekolah, perjuangan pernikahan biasanya diceritakan juga namun tidak secara langsung tetapi tersirat. Misalnya sepulang dari ziarah kubur atau di tengah perjalanan tetua akan membisikkan sedikit demi sedikit kepada anak atau cucu.
Makna yang terpenting dari tradisi ziarah kubur ini adalah untuk mengingatkan kita kepada kematian. Ziarah kubur ini bisa dilakukan sebelum ramadan dan juga setelah ramadan. Kegiatan ziarah kubur ini jika dilakukan sebelum ramadan biasanya seminggu hingga sehari sebelum masuk ramadan.
Selepas dari kegiatan ziarah kubur ini biasanya dilanjutkan dengan acara mandi-mandi di sungai, di laut atau di mana saja sembari menikmati hidangan. Makan bersama dalam tradisi masyarakat Bugis berarti saling berbagi sedekah harta dan mempererat silaturrahmi. Biasa juga tradisi ziarah kubur ini dirangkaikan dengan tradisi lain yakni Mabbaca, maknanya dalam Bahasa Indonesia adalah selamatan. Namun keduanya tidak begitu memberatkan dalam artian bisa dilaksanakan bersamaan atau terpisah. Bisa dilaksanakan sendiri atau rombongan, atau bisa memanggil sesepuh dan imam kampung untuk memimpin acara ziarah kubur ini.