Ziarah: Yang Hidup dan Yang Mati
Tradisi ziarah di hari lebaran sudah turun temurun. Bahkan sangat dianjurkan oleh agama kita untuk mempererat tali silaturahmi. Sebab manfaatnya sangat luar biasa. Selain sebagai ibadah namun juga sebagai ajang untuk berbagi hingga diyakini dapat memperpanjang usia serta keberkahan yang luar biasa.
Ziarah di hari lebaran biasanya tidak hanya ziarah pada sanak keluarga, kerabat, tetangga, tetapi juga pada keluarga kita yang telah mendahului kita alias sudah wafat. Sehingga ziarah di hari lebaran penting untuk melakukan keduanya.
Pertama ziarah kepada yang hidup dahulu lalu ziarah kepada yang telah meninggal dunia. Bentuk ziarah kedua tradisi tersebut perlu ada adat dan etika.
Ziarah kepada keluarga misalnya. Tentu yang didahulukan adalah ziarah kepada keluarga yang terdekat dahulu lalu kepada yang jauh. Atau bisa saja ziarah kepada keluarga yang paling tua lalu ke yang muda. Sehingga jika kita merasa keluarga yang muda atau bungsu maka etika yang baik adalah kitalah yang dahulu mengunjungi keluarga yang lebih tua dari kita.
Konsep ziarah atau silaturahmi dalam model ini salah satu manfaatnya adalah menghilangkan sifat keangkuhan kita. Selain itu bahwa kita akan belajar bagaimana menghargai yang lebih tua. Bahkan dalam agama kita diajarkan bahwa siapa yang lebih dahulu meminta maaf maka pahala yang ia dapat lebih besar dibanding yang memberi maaf. Dalam konteks silaturahmi ini juga dapat dimaknai demikian.
Demikian selanjutnya bahwa untuk melakukan silaturahmi ke keluarga yang lain sebaiknya diutamakan yang paling dekat lalu keluarga jauh. Hal ini juga perlu dijaga dan diamalkan agar keluarga dekat dengan kita tidak muda salah paham. Begitu halnya dengan tetangga sebaiknya diutamakan dibanding orang jauh meskipun dalam pertalian atau silsilah ada yang lebih dekat.
Selanjutnya untuk konsep ziarah ke kuburan atau orang mati maka sebaiknya didahulukan orang yang masih hidup. Meski ziarah kubur dianggap hal yang sakral dan untuk mengingatkan kepada kematian namun tentu sebaiknya mendahulukan keluarga yang masih hidup.
Dalam ritual ziarah kubur, sebaiknya tidak berlebihan atau mengutamakan niat yang baik sebagai bagian syiar agama, namun perlu memperhatikan hal-hal yang sifatnya musyrik. Tidak berlebihan dalam artian bahwa masyarakat kita tidak mesti membawa sesajen tetapi lebih mendahulukan syari'at.