Bulan Ramadan Bukan Sekedar Iklan Sirup Marjan
Hidup di negara mayoritas muslim merupakan pengalaman tersendiri yang mungkin tidak dirasakan banyak orang. Sebagai negara berpaham demokratis, pemeluk agama lain cukup terjamin kebebasan beragamanya di Indonesia, meskipun banyak catatan disana sini. Tapi Ramadan tetap Ramadan. Ketika bulan itu datang, pemeluk agama lain pun mau tidak mau ikut 'kecipratan', seperti kata orang, kalau kerja di bengkel ya pasti kena oli, kalau hidup diantara muslim ya pasti merasakan bulan Ramadan.
Kalau bagi umat muslim bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, bulan yang tepat untuk mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya, bagi saya yang non-muslim, bulan Ramadan adalah festival. Bulan dimana banyak jajanan dan cemilan. Bulan makanan-makanan enak dan minuman segar. Bulan dimana kita bisa makan enak namun tetap seimbang, karena kita bisa ikut berpuasa bersama umat muslim lain untuk menjaga berat badan. Dan setelah bekerja, bulan ini lebih 'manis' karena ditambah THR. Hehe. Sangat menyenangkan tentunya, ikut menikmati kemeriahan dan kebahagiaan umat muslim walaupun saya beda server.
Secara pribadi, saya terlahir dari keluarga dual religi. Saya memiliki nenek yang seorang muslim, dan sedari kecil saya sering bersinggungan dengan aktivitas keagamaan umat muslim. Nenek saya termasuk muslim yang taat beribadah meskipun ia minoritas di keluarga saya.
Sholat dan puasa senin-kamis tidak pernah ditinggalkannya. Dari almarhumah lah saya banyak mengenal apa-apa saja yang seorang muslim lakukan ketika menjalankan ibadahnya, termasuk berpuasa saat bulan Ramadan dan solat taraweh. Dari beliau juga saya dicontohkan kalau puasa lebih dari sekedar menahan lapar dan haus. Lebih banyak merefleksi diri, beribadah, mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.
Sebagai pihak eksternal, apa yang dilakukan oleh nenek saya perlu dijaga oleh seluruh umat muslim, secara khusus di Indonesia. Umat muslim Indonesia perlu menghindari pergeseran makna Ramadan menjadi hanya sekedar perayaan dan selebrasi. Ramadan bukan hanya festival. Isinya lebih dari sekedar membangunkan orang lain dengan teriakan "sahurrrrrrrraaaaaaaaaaaaa" dan bukber dengan teman kantor. Momen ini harus dimaknai lebih dalam, direfleksikan lebih sungguh sehingga ketika berlalu, para jemaat tidak hanya bugar secara jasmani, tetapi juga rohani.
Tidak hanya mengalami perubahan fisik, penurunan berat badan misalnya, tetapi juga penurunan kebiasaan buruk yang tidak disukai Tuhan. Dan ketika berakhir, berada dalam penantian Ramadan yang berikutnya, memiliki modal baik dan terus menuju ke arah yang lebih baik. Jika diamplifikasi, satu individu yang bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik, pasti akan membawa keluarganya pada keadaan yang lebih baik pula, lingkungannya pada keadaan yang lebih baik lagi, negara, benua, sampai universe-universe lain. Horas!