SITUMORANG YOSUA
SITUMORANG YOSUA Akuntan

Writing is living in eternity. Your body dead, your mind isn't.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Bulan Ramadan Bukan Sekedar Iklan Sirup Marjan

4 April 2023   10:20 Diperbarui: 4 April 2023   10:27 763
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bulan Ramadan Bukan Sekedar Iklan Sirup Marjan
Tradisi. Sumber ilustrasi: UNSPLASH

Hidup di negara mayoritas muslim merupakan pengalaman tersendiri yang mungkin tidak dirasakan banyak orang. Sebagai negara berpaham demokratis, pemeluk agama lain cukup terjamin kebebasan beragamanya di Indonesia, meskipun banyak catatan disana sini. Tapi Ramadan tetap Ramadan. Ketika bulan itu datang, pemeluk agama lain pun mau tidak mau ikut 'kecipratan', seperti kata orang, kalau kerja di bengkel ya pasti kena oli, kalau hidup diantara muslim ya pasti merasakan bulan Ramadan. 

Kalau bagi umat muslim bulan Ramadan adalah bulan yang penuh berkah, bulan yang tepat untuk mendapatkan pahala sebanyak-banyaknya, bagi saya yang non-muslim, bulan Ramadan adalah festival. Bulan dimana banyak jajanan dan cemilan. Bulan makanan-makanan enak dan minuman segar. Bulan dimana kita bisa makan enak namun tetap seimbang, karena kita bisa ikut berpuasa bersama umat muslim lain untuk menjaga berat badan. Dan setelah bekerja, bulan ini lebih 'manis' karena ditambah THR. Hehe. Sangat menyenangkan tentunya, ikut menikmati kemeriahan dan kebahagiaan umat muslim walaupun saya beda server. 

Secara pribadi, saya terlahir dari keluarga dual religi. Saya memiliki nenek yang seorang muslim, dan sedari kecil saya sering bersinggungan dengan aktivitas keagamaan umat muslim. Nenek saya termasuk muslim yang taat beribadah meskipun ia minoritas di keluarga saya. 

Sholat dan puasa senin-kamis tidak pernah ditinggalkannya. Dari almarhumah lah saya banyak mengenal apa-apa saja yang seorang muslim lakukan ketika menjalankan ibadahnya, termasuk berpuasa saat bulan Ramadan dan solat taraweh. Dari beliau juga saya dicontohkan kalau puasa lebih dari sekedar menahan lapar dan haus. Lebih banyak merefleksi diri, beribadah, mendekatkan diri dengan Sang Pencipta.   

Sebagai pihak eksternal, apa yang dilakukan oleh nenek saya perlu dijaga oleh seluruh umat muslim, secara khusus di Indonesia. Umat muslim Indonesia perlu menghindari pergeseran makna Ramadan menjadi hanya sekedar perayaan dan selebrasi. Ramadan bukan hanya festival. Isinya lebih dari sekedar membangunkan orang lain dengan teriakan "sahurrrrrrrraaaaaaaaaaaaa" dan bukber dengan teman kantor. Momen ini harus dimaknai lebih dalam, direfleksikan lebih sungguh sehingga ketika berlalu, para jemaat tidak hanya bugar secara jasmani, tetapi juga rohani. 

Tidak hanya mengalami perubahan fisik, penurunan berat badan misalnya, tetapi juga penurunan kebiasaan buruk yang tidak disukai Tuhan. Dan ketika berakhir, berada dalam penantian Ramadan yang berikutnya, memiliki modal baik dan terus menuju ke arah yang lebih baik. Jika diamplifikasi, satu individu yang bertransformasi menjadi pribadi yang lebih baik, pasti akan membawa keluarganya pada keadaan yang lebih baik pula, lingkungannya pada keadaan yang lebih baik lagi, negara, benua, sampai universe-universe lain. Horas!   

Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun