a_selaludihati
a_selaludihati Guru

Terlahir dengan nama Andy Hermawan, saat ini berprofesi sebagai edupreneur dan pendongeng.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN

Mengapa Opor Ayam Merah Menjadi Favorit Saat Lebaran

9 April 2024   21:41 Diperbarui: 9 April 2024   21:43 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengapa Opor Ayam Merah Menjadi Favorit Saat Lebaran
Image created by Andy using Microsoft Designer

Halo Kompasioner, tak terasa Ramadhan telah berakhir dan berganti dengan gema takbir berkumandang dimana-mana. Hal ini pertanda, umat Islam di seluruh dunia sedang bersiap untuk memperingati hari besar Idul Fitri yang saat ini berusia 1445 Hijriah. Di Indonesia sendiri, dalam merayakan hari besar ini, masyarakat larut dalam berbagai persiapan-persiapan. 

Selain sebagai momen suci dalam agama Islam, Lebaran juga menjadi waktu untuk berkumpul dengan keluarga, bersilaturahmi, dan tentu saja, menikmati hidangan lezat yang khas dan beragam. Beraneka macam hidangan yang nantinya akan disantap oleh keluarga setelah melaksanakan Sholat Idul Fitri ataupun untuk menjamu para tamu yang akan datang berkunjung nantinya.

Salah satu hidangan yang tak pernah absen dari meja Lebaran adalah opor ayam merah.Opor ayam menjadi salah satu menu andalan utama yang akan bersanding dengan ketupat dan sambal goreng di setiap Idul Fitri. Bahkan ketika  sehari sebelum Lebaran tiba, di pasar-pasar ramai sekali terlihat orang menjual Ayam Merah.  Mengapa opor ayam merah menjadi begitu populer, terutama saat menjelang Lebaran? Mari kita telusuri lebih lanjut.

1. Tradisi Turun Temurun

Pertama-tama, opor ayam merah memiliki akar yang dalam dalam tradisi kuliner Indonesia, terutama di kalangan masyarakat Jawa. Hidangan ini telah menjadi bagian integral dari perayaan Lebaran selama berabad-abad lamanya. Tradisi ini turun-temurun dari generasi ke generasi, sehingga opor ayam merah bukan hanya sekadar hidangan, melainkan juga simbol kebersamaan dan kehangatan keluarga.

2. Citra Rasa yang Memikat

Opor ayam merah memiliki citra rasa yang khas dan memikat. Kuah kental yang berasal dari santan, disertai dengan rempah-rempah seperti ketumbar, kunyit, dan lengkuas, memberikan cita rasa yang lezat dan gurih. Tambahan telur rebus dan potongan daging ayam yang lembut melengkapi hidangan ini dengan tekstur yang beragam, memanjakan lidah siapa pun yang menyantapnya.

3. Ketersediaan Bahan Baku yang Melimpah

Selain faktor tradisi dan citra rasa, ketersediaan bahan baku juga turut memengaruhi popularitas opor ayam merah saat Lebaran. Ayam merupakan salah satu bahan baku yang mudah didapatkan dan relatif terjangkau, terutama di pasar tradisional yang menjual daging segar. Hal ini membuat opor ayam merah menjadi pilihan yang praktis bagi banyak keluarga yang ingin menyajikan hidangan istimewa namun tetap ekonomis saat merayakan Lebaran.

4. Kebutuhan akan Hidangan yang Memuaskan

Saat merayakan Lebaran, kebanyakan keluarga ingin menyajikan hidangan yang istimewa dan memuaskan untuk para tamu yang datang berkunjung. Opor ayam merah dengan kelezatan dan kesederhanaannya dapat memenuhi kebutuhan ini dengan baik. Hidangan ini dapat disajikan dalam jumlah besar dan tetap menjaga kualitas rasanya, sehingga cocok untuk acara silaturahmi yang ramai selama Lebaran.

5. Simbol Kesederhanaan dan Ketenangan

Terakhir, opor ayam merah juga melambangkan kesederhanaan dan ketenangan. Walaupun hidangan ini terasa istimewa, namun proses memasaknya tidaklah rumit. Hal ini mencerminkan semangat kebersamaan dan kebahagiaan yang diinginkan oleh banyak keluarga saat merayakan Lebaran, di mana fokus utamanya adalah pada kehangatan keluarga dan hubungan yang erat antaranggota keluarga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun