Anakku Menganggu Ibadah Tarawih
Malam itu adalah malam ke 23 Ramadan. Seperti biasa saya mengajak kedua anak saya untuk salat tarawih di masjid dekat rumah. Kedua anak saya usianya 6 tahun dan 4 tahun. Saat jamaah salat, biasanya mereka akan bermain di bagian belakang shaf yang kosong. Sesekali saya menegur mereka jika dirasa terlalu ramai bermain.
Setelah 23 rakaat, akhirnya ibadah salat tarawih dan witir selesai. Saya segera melipat mukena dan memasukkannya ke dalam tas. Saat masih sibuk dengan mukena, tiba-tiba salah satu jamaah mendatangi saya dan berkata, "Bu nanti anak-anaknya ditegur ya jangan suka teriak dan main di dalam masjid. Imamnya protes karena merasa terganggu selama salat."
Deg. Saya hanya bisa terdiam dan menganggukkan kepala ketika mendengar ucapan ibu itu. Segera saya mendatangi kedua anak saya di belakang dan mengajak mereka pulang. Rasanya saya terlalu malu untuk tetap berada di dalam masjid karena dianggap sebagai ibu yang tidak mengajarkan adab yang baik kepada anak ketika di dalam masjid.
Mengajak anak ke masjid dan risikonya
Sebagai seorang muslim saya tentunya saya ingin mengenalkan masjid kepada kedua anak saya. Apalagi ini bulan Ramadan yang salah satu ibadahnya adalah salat tarawih. Bisa sih saya menjalankan ibadah tarawih di rumah namun jujur kalau tarawih di rumah itu lebih sering malasnya ketimbang giatnya. Jadilah untuk tahun ini saya putuskan mengajak anak-anak ke masjid untuk tarawih bersama.
Sebelum bulan Ramadan, saya sendiri pernah menanyakan Tips mengajak anak tarawih di salah satu komunitas yang saya ikuti. Saat itu narasumber memberikan 3 tips yang bisa dilakukan sebelum mengajak anak tarawih, yakni memilih masjid yang dirasa ramah anak, melakukan kesepakatan dengan anak sebelum ke masjid dan jika anak terlalu ribut langsung diajak pulang.
Sayangnya rupanya saya tidak berhasil menjalankan ketiga tips tersebut. Masjid yang ada di komplek ukurannya cukup kecil sehingga ketika anak-anak saya bermain suaranya terdengar sampai ke jamaah pria dan mengganggu konsentrasi imam. Anak-anak saya juga ternyata sulit untuk bisa menahan diri mereka saat berada di masjid meski sudah saya beritahu berkali-kali. Sementara langkah terakhir juga tidak saya lakukan karena ketika saya coba mengajak pulang mereka malah menolak. Ah, sungguh rasanya saya gagal dan tidak becus jadi ibu.
Dari sini saya sadar untuk bisa membiasakan anak berada di masjid itu mungkin memang harus dilakukan sejak usia mereka kecil. Seperti yang saya lihat dari ibu-ibu yang lain yang kalau mengajak anak mereka ke masjid anaknya bisa duduk dengan manis menunggu ibu mereka salat. Tidak seperti anak-anak saya yang merasa bosan jika harus duduk diam dan akhirnya melakukan berbagai kegiatan dan hanya bisa diam kalau diberi handphone.
Di lain pihak memang memang tak semua jamaah memiliki kesabaran yang baik saat harus menghadapi anak-anak yang terlalu aktif saat berada di masjid. Bayangkan dalam masjid yang kecil ada anak-anak yang berteriak dan berlari-lari saat jamaah sedang salat. Tentunya akan lebih mudah jika masjid tersebut cukup besar dan memiliki teras atau halaman kosong sehingga anak-anak bisa bermain tanpa menganggu jamaah lain.
Pada akhirnya meski kita memiliki niatan yang baik dengan mengajak anak ke masjid, kita juga tetap harus menghormati jamaah di sekeliling kita yang ingin beribadah dengan khusuk.