Nostalgia Ramadan | Salat Tarawih, Saatnya Tebar Pesona Bagi ABG Jadul
Membaca judul di atas, mungkin beberapa dari kita langsung flash back mengingat kisah ketika masih ABG. Kira-kira usia 13 -- 16 tahun lah. Masih ingat apa yang terjadi saat Ramadan?
Waktu itu, kampung kami baru saja menerima wakaf rumah dari salah satu warga, yang ingin rumahnya digunakan sebagai musala. Warga pun bersyukur lalu bergotong royong memperbaiki rumah tersebut agar bisa digunakan tarawih saat Ramadan. Kebetulan letaknya tidak jauh dan hanya selisih lima rumah dengan tempat tinggalku.
Saat Ramadan, banyak yang datang dan salat di musala baru tersebut. Banyak muda-mudi lain pun berbondong-bondong ke sana. Maklum saja, waktu itu usia kami masih belia, jadi selain salat Tarawih ada niat lain yang terselubung. Tebar pesona, ya, begitulah kira-kira.
Mereka pun berangkat ke musala selalu rapi dan harum, kan mau menghadap Allah, alasannya. Akan tetapi niat lain tak ketinggalan juga. Waktu itu mall kan belum banyak, lagi pula kalau dapat kenalan cowok di musala itu sesuatu banget. Seolah jaminan dunia akhirat bakal bahagia. Achiiyee ...
Layaknya gadis-gadis lain yang berangkat ke musala selalu tampak ceria, aku pun begitu. Namun bedanya, aku tak pandai bergaya seperti mereka. Aku berangkat ke musala langsung mengenakan mukena, sedang yang lain mengenakan kerudung beraneka warna hingga tampak anggun dan menarik.
Ternyata aku tak sendiri. Sebut saja namanya Mentik, ia pun sama denganku. Berangkat ke musala langsung mengenakan mukena dari rumah, karena letak rumahnya yang berhimpitan dengan musala.
Suatu hari, saat sedang salat Tarawih, tiba-tiba teman yang salat di sebelahku menahan tawa usai rakaat pertama. Aku yang sedang khusyu tidak memperhatikan apa yang telah terjadi. Begitu salat usai, mereka melepaskan tawanya hingga ditegur ibu-ibu di sampingnya.
Aku pun penasaran dengan apa yang terjadi, lalu menanyakannya. Sambil menunjuk orang yang ada di saf depan kami dia bercerita, bahwa orang itu dalam mukenanya hanya mengenakan bra, tanpa menggunakan baju lagi. Jadi, saat sujud mukenanya terhempas kipas angin dari atas hingga tampaklah auratnya.
Aku pun ikut tertawa, sampai orang yang dimaksud merasa aneh lalu menoleh. Ternyata dia si Mentik, yang dari dulu memang suka cari sensasi. Gerah katanya, makanya tanpa baju. Dia pun malu, kemudian pamit pulang untuk memakai baju. Kami masih terpingkal walau berusaha menahan.
Sejak saat itu, kalau bertemu Mentik di musala, pertanyaan pertama yang selalu diajukan adalah "Sudah pakai baju belum?" Dia pun tersipu malu.
Salam Ramadan