Any Sukamto
Any Sukamto Penulis

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Hari Kebangkitan Nasional 2020, Jadikan Momentum Kebangkitan Bersama Melawan Covid-19

20 Mei 2020   00:49 Diperbarui: 20 Mei 2020   01:06 960
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hari Kebangkitan Nasional atau yang disingkat dengan Harkitnas, sejak tahun 1959 telah ditetapkan oleh pemerintah sebagai hari untuk memperingati peristiwa Kebangkitan Nasional Indonesia yang jatuh tiap tanggal 20 Mei. 

Pada saat itu, rakyat Indonesia mulai menumbuhkan rasa kesadaran nasional sebagai "orang Indonesia". Dengan ditandai dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Pada tahun 2020 ini, peringatan tersebut jatuh pada hari Rabu, 20 Mei 2020. Mungkin bisa sekaligus dijadikan momentum sebagai kebangkitan Bangsa Indonesia memerangi Covid-19.

Pandemi yang tak kunjung usai dan merusak semua sendi kehidupan, sangat menyengsarakan rakyat. Banyak yang kehilangan kesempatan bekerja dan mencari nafkah. Pelajar kehilangan jam pelajaran yang sangat penting untuk mendapat ilmu, dan anak-anak yang kehilangan waktu berkumpul dan bermain bersama teman sebaya.

Sampai kapan hal ini akan berlangsung? Bisakah Kebangkitan Nasional kali ini juga membangkitkan semangat kita mengakhiri pandemi? Sebagaimana dulu saat dijajah Belanda, bangsa kita mampu bangkit dan melawan.

Pandemi tak akan berakhir jika di antara kita masih banyak yang mengabaikan. Lebaran memang sebentar lagi, tetapi berapa lama kita akan merayakan lebaran? Jika dibandingkan dengan kesehatan kita, yang setiap saat selalu dalam incaran virus corona, mana yang lebih penting untuk kita prioritaskan?

Lebaran bukan harus membeli baju baru dan saling mengunjungi. Salat Ied yang hanya sunah juga tak harus dilaksanakan di masjid atau di lapangan. Jika memang keadaan lebih membahayakan kesehatan kita dan orang lain, manakah yang perlu dijaga dan diutamakan?

via Kompas.com
via Kompas.com
Belum juga PSBB dibebaskan, bandara dan pusat perbelanjaan  sudah ramai diserbu pengunjung. Apakah berlebaran berarti akan menyebar virus? Apakah saling berkunjung nanti dengan membawa penyakit mematikan? 

Beberapa waktu yang lalu, ketika saya keluar rumah untuk suatu urusan, saya menemui hal serupa di sejumlah tempat. Pasar, trotoar dan jalan yang dijadikan ruang jualan ramai dan menimbulkan kemacetan. Orang tidak menjaga jarak dan beraktivitas di luar rumah tanpa masker. 

Saatnya kini kita sadar, menghindari bahaya itu jauh lebih utama daripada meraih pahala. 

Untuk apa kita mengunjungi orang tua kita, kalau itu adalah pertemuan yang terakhir akibat kunjungan kita bersama Covid? Tidakkah lebih utama kita tetap jauh dan tetap aman hingga pertemuan selanjutnya usai pandemi?

Momentum Kebangkitan Nasional 2020 ini layak kita gaungkan sebagai momen kebangkitan bersama mencegah penyebaran virus corona. Mari kita bangkit! Kita lawan corona dengan di rumah saja.  

Kita patuhi larangan pemerintah. Kita ikuti protokol kesehatan dan saran tenaga medis. Kita jaga diri dan orang-orang yang kita cintai dengan tetap di rumah saja.

via Kompas. Com. Jangan biarkan mereka terlalu lama di rumah sakit.
via Kompas. Com. Jangan biarkan mereka terlalu lama di rumah sakit.
Ramadan memang segera berlalu. Idul Fitri akan datang menjelang. Namun, sudah seharusnya kesehatan lebih kita utamakan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun