Any Sukamto
Any Sukamto Penulis

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Artikel Utama

Cerita Mudik antara Sidoarjo dan Surabaya

23 April 2023   20:38 Diperbarui: 28 April 2023   17:03 3040
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Mudik antara Sidoarjo dan Surabaya
Perjalanan Mudik. (Foto: Dokumentasi Pribadi/Edited)

Keluar dari gerbang perumahan, lewat jalan kampung mulai ramai. Setelah di jalan raya pun ternyata lebih ramai. Suasananya memang beda, banyak pemotor yang menggunakan baju muslim atau baju koko, tapi kepadatan jalannya mirip hari kerja. 

Mobil dan motor saling berebut jalan. Layaknya di hari kerja saling berebut demi sampai di tempat tujuan lebih awal. Meskipun dalam balutan gamis atau baju koko, tapi cara meliuk membelah jalanan tetap tak boleh kalah.

Beberapa percakapan sempat terjadi antara saya dan pengemudi taksi. Beliau juga heran dengan kondisi jalanan yang ramai pagi itu. Tak biasanya, saat Idulfitri biasanya jalanan sangat lengang, tapi hari itu begitu padat. 

Jarak tempuh yang harusnya 30 menit menggunakan mobil jadi lebih lama 20 menit. Ya, hampir satu jam kami di dalam taksi. Kepadatan jalanan membuat perjalanan kami sedikit terhambat. 

Ditambah lagi dengan adanya pembangunan fly over Juanda di daerah Waru. Mau tidak mau di sana juga terjadi penumpukan kendaraan, meskipun cepat terurai setelah melalui kawasan proyek. Perjalanan lancar kembali, tapi melambat lagi saat melalui jembatan layang Waru.

Pintu keluar bus dari terminal Bungurasih masih padat, ternyata banyak bus yang keluar mengangkut banyak pemudik. Sementara di Bundaran Waru juga padat, banyak mobil pribadi yang memenuhi jalanan. Mungkin juga taksi online, karena banyak yang membutuhkan kendaraan di saat-saat lebaran seperti ini. 

Lepas dari Bundaran Waru, ternyata kendaraan bisa melaju kencang. Suasana di dalam kota sendiri malah lebih sepi. Jalanan tidak macet atau padat dan lebih lancar. 

Bagi yang ingin melintasi jalanan mulai Buduran arah Surabaya lewat Waru, sebaiknya memilih waktu yang tepat dan kalau bisa menempuh jalur alternatif saja. Kemacetannya tidak bisa diprediksi. Tidak lama sih, tapi cukup berkeringat saat udara panas-panas begini. 

Setibanya di rumah Ibu, kembali heran saat kami memesan taksi lagi hendak ke rumah saudara. Pesan taksinya lama lagi. 

Apakah para pengemudi juga berlebaran semua? Biasanya banyak juga yang keliling. Tidak biasanya sih, karena hampir tiap tahun kami selalu menggunakan taksi saat berkunjung ke rumah saudara.

 Pertimbangannya saat menggunakan taksi, selain lebih nyaman dan aman, tidak ribet dengan parkir. Juga karena kendaraan yang kami punya terbatas, tidak bisa mengangkut semua anggota keluarga terlebih anak-anak dan orang tua. Kalau yang muda-muda lebih praktis bermotor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun