Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng
Upgrade Skill Lewat Tiga Proyek Skenario Saat Ramadan
"Kalau mau jadi penulis skenario profesional, harus belajar untuk menghargai deadline selain berpikir kreatif dan inovatif. Kamu harus push diri kamu sendiri sampai batas dan bahkan melampauinya,"
Dua kalimat itu membuatku termenung cukup lama, usai sekuens skenario SOLATA yang kukirim pada Ichwan terkena banyak sekali revisi. Aku yang dulu membuat naskah teater tak pernah mengalami penolakan, kali ini harus belajar untuk mendengar pendapat Ichwan yang bertindak sebagai sutradara. Karena ternyata dalam proyek film, ada tiga pilar utama yang mempengaruhi sebuah naskah yakni produser, sutradara dan sang penulis.
Bagi seorang pemula sepertiku, revisi yang bisa dibilang membutuhkan pembongkaran total itu membuat semangat terasa anjlok. Keinginan untuk menyerah sempat terlintas, apalagi aku kemudian mengalami musibah kaki patah yang sempat membuat mood tak karuan.
Seolah tak membiarkanku menyerah, Ichwan bahkan memintaku untuk terlibat dalam proyek skenario dua judul FTV tepat di awal Ramadan ini.
Jujur, aku bukanlah penonton FTV yang tayang di TV swasta, apalagi di streaming lokal. Aku sempat menulis sinopsis untuk pengajuan judul FTV di sebuah TV swasta, tapi kemudian ditolak karena tidak sesuai dengan alur ceritanya. Bagiku, menulis ide cerita FTV tidaklah semudah yang kuduga dan membuatku harus melakukan banyak penyesuaian yang kadang cukup menghina nalarku.
Namun aku justru menerima penawaran dari Ichwan.
Hanya dalam waktu tiga hari saja, aku yang tergabung dalam sebuah tim kecil berisi empat orang harus menyelesaikan 90 halaman naskah cerita bergenre romantic comedy. Bisa ditebak, kami semua kacau. Deadline yang super mepet membuat kami mendorong kemampuan hingga mencapai batas. Kendati sudah selesai, draft skenario kami sampai empat kali revisi sebelum akhirnya tepat di pekan kedua Ramadan ini, resmi memasuki proses syuting di Bali.
Jangan tanya betapa puasnya aku saat tahu proses produksi tengah dimulai. Aku bahkan tak menyangka kalau aku yang dulu cuma penonton, sama sekali tak paham mengenai konsep 8 sekuens dalam penulisan skenario, kini sudah mengantongi tiga judul cerita yang dua di antaranya siap rilis.
Dan rupanya cerita mengerjakan skenario bak romusha itu membuatku tidak mendapatkan kesulitan berarti kala menyusun treatment untuk film SOLATA. Tanpa sadar, kondisi dan tekanan lingkungan membuat skill menulis skenarioku semakin meningkat. Siapa sangka, upgrade skill scriptwriter ini terjadi saat aku harus menahan haus dan lapar di bulan suci Ramadan.
Doakan, tiga judul skenarioku ini segera bisa ditonton dan bisa diterima oleh penikmati film di Indonesia.