Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng
Menangkap Keindahan Al-Quran dari Mereka yang Tak Bisa Mendengar
"Pondok ini awalnya berdiri di Bantul. Tapi pada 19 September 2021, kami pindah ke Kayen. Santri kami macam-macam ada laki-laki dan perempuan bisa dari sekitar Yogyakarta atau dari Jawa Tengah, Kalimantan, Sumatera sampai Jabodetabek. Yang termuda usianya masih 6,5 tahun waktu masuk dan tertua sudah 28 tahun. Selain mengaji di tiga waktu, para santri ada kajian hadis dan dibekali pendidikan formal biar punya ijazah sampai Paket C. Pengajaran di sini dimulai dari mengenalkan huruf hijaiyah lalu membaca, menguraikan dan menyambung huruf baru menghapal Al-Quran dan diajarkan fiqih keilmuannya,"
Perjuangan Abu untuk memberikan ilmu Islam yang setara kepada kaum disabilitas memang sangat menginspirasi. Bahkan di Jakarta pun ada tempat serupa yang bernama Pondok Pesantren (Ponpes) Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah yang bisa ditemui di wilayah Manunggal Jaya, Cilandak, Jakarta Selatan.
Dipimpin oleh Ahmad Sholeh, Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah memang mengutamakan pendidikan agama bagi para santri yang tunarungu karena selama ini hak dasar mereka entah pendidikan atau beragama, sulit diperoleh. Dilansir Medcom, mayoritas para santri di Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah memang berasal dari kawasan Jabodetabek dengan usia rata-rata 13-19 tahun.
Sama sekali tidak mematok biaya pendidikan sepeserpun, santri yang berada di Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah memang bisa berasal dari latar belakang ekonomi apapun. Karena para santri adalah kaum tunarungu, pengajar di Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah sampai melakukan pembelajaran langsung ke Dahrul A'shom.
Tujuannya? Untuk makin memahami kemampuan dan kemauan para santri Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah.
Tak heran kalau akhirnya metode baca para santri di sini memang sama dengan yang diajarkan Ustaz Abu dan pengajar lain di Darul A'shom. Di mana para santri wajib menghapal tiap huruf hijaiyah yang dituliskan oleh guru mereka di papan. Gerakan tangan dan mulut dari sang pendidik inilah yang akan dipelajari dan dipahami santri tunarungu sehingga mereka bisa menjadi calon-calon hafiz masa depan.
Tentu apa yang hendak dihembuskan oleh Madrasah Tunarungu Darul A'shom dan Ponpes Tahfiz Difabel KH Luthfi Fathullah adalah bukti bahwa Islam merupakan agama untuk semesta yang tidak membedakan pengikutnya. Semoga apa yang diusung oleh kedua lembaga pendidikan itu cukup menginspirasi kita semua di bulan Ramadan kali ini.