Arai Amelya
Arai Amelya Freelancer

Mantan penyiar radio, jurnalis, editor dan writer situs entertainment. Sekarang sebagai freelance content/copy writer dan blogger. Penyuka solo travelling, kucing dan nasi goreng

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Welirang, Mendaki Gunung Lagi dan Sembuh Depresi

28 April 2023   18:47 Diperbarui: 28 April 2023   18:50 1207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Welirang, Mendaki Gunung Lagi dan Sembuh Depresi
Para pendaki menuju puncak Welirang foto: Arai Amelya

Profesi baru sebagai blogger membuatku kembali berani bermimpi. Dan saat itulah aku bersedia membuka diri lagi dengan mereka yang pernah kutinggalkan serta kuhindari.

Hampir dua tahun setelah aku dinyatakan sembuh dari depresi, ajakan untuk kembali menjejak gunung datang.

Kami di Lembah Lengkehan, siap membangun tenda foto: Arai Amelya
Kami di Lembah Lengkehan, siap membangun tenda foto: Arai Amelya

Beberapa hari setelah Idulfitri tahun 2022, Guntur mengajakku untuk mendaki Gunung Welirang.

Berdiri tegak setinggi 3.156 mdpl, Welirang jelas bukan gunung yang mudah untuk kulalui. Apalagi aku terakhir kali melakukan pendakian adalah tahun 2016, sehingga praktis selama enam tahun otot kaki dan seluruh tubuhku tak pernah merasakan kerasnya alam gunung.

Namun tetap saja, ajakan Guntur itu kuiyakan dan aku berjumpa kembali dengan rekan-rekan pendakianku yang lama.

Aku sebetulnya tak akan berharap bisa mendaki Welirang dengan nyaman, karena tubuhku yang sudah semakin tua jelas tak pernah diajak berolahraga.

Kami berangkat dari Pos Sumber Brantas yang kebetulan di Kota Batu. Ada perasaan senang yang tak bisa kuungkapkan saat aku mengeluarkan kembali carrier, sepatu gunung, matras, sleeping bag hingga trekking pole lamaku. Cukup lama mereka berdebu di gudang dan hampir-hampir tak pernah kusentuh.

Berada di wilayah Taman Hutan Raya Raden Soerjo, Welirang jelas punya jalur hutan belantara yang begitu rimbun dan sangat sejuk. Seperti yang kutebak, otot-otot kaki dan jantungku langsung berontak karena pos-pos awal Welirang ini langsung mendaki, dengan jalur datar yang sangat minim.

Lantaran ini merupakan pendakian pertamaku kembali, aku bersyukur seluruh rekanku benar-benar menungguku. Mbak Sylvi, Mas Otus, Guntur dan Djombie, semua masih seperti yang kuingat. Mereka sama sekali tak mau meninggalkanku yang setiap sepuluh langkah meminta berhenti itu.

Baru memulai pendakian sekitar pukul sebelas siang, kami pun tiba di Lembah Lengkehan untuk melakukan camping pada pukul empat sore. Lantaran untuk menuju puncak Welirang masih harus melintasi sekitar satu puncak gunung lagi, kami memilih untuk beristirahat dan melakukan perjalanan esok pagi. Seperti kebiasaan kami ketika bermalam di gunung, kami akan berkumpul di depan tenda dan saling berbicara sambil menatap langit. Di Lembah Lengkehan itu, bintang berbinar jauh lebih terang dan tanpa diganggu oleh polusi lampu penduduk atau suara-suara di daratan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun