Peserta didik program pendidikan dokter spesialis Ilmu Gizi Klinik FKUI - RSCM
Puasa Ramadan untuk Penderita Autoimun
Penulis: Ardian Sandhi Pramesti, dr., Wiji Lestari, M.Gizi, Sp.GK. (Departemen Ilmu Gizi RSCM FKUI, Jakarta)
Penyakit autoimun adalah penyakit yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang menyerang sel dan jaringan tubuh itu sendiri. Pada autoimun, sistem imun salah menilai sel sehat dalam tubuh dan menganggapnya sebagai benda asing sehingga tubuh memproduksi antibodi yang dapat menyerang sel sehat tubuh itu sendiri. Hal ini menyebabkan penderita penyakit autoimun memiliki tingkat peradangan yang tinggi di dalam tubuhnya.
Penyakit autoimun yang menyerang secara sistemik atau menyerang seluruh tubuh contohnya adalah lupus (SLE), sindroma Sjorgen, radang sendi reumatik (artritis rheumatoid) (RA). Ada juga penyakit autoimun yang menyerang spesifik organ tertentu, misalnya Addison’s disease (menyerang kelenjar adrenal pada anak), inflammatory bowel disease (menyerang usus), multiple sclerosis (pada saraf) Graves’s disease dan Hashimoto’s disease yang menyerang kelenjar tiroid.
Penyebab penyakit autoimun belum diketahui secara pasti, nemun ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit autoimun, diantaranya:
1.Jenis kelamin, terdapat data bahwa wanita lebih sering menderita penyakit autoimun dibanding pria.
2.Etnis tertentu, seperti populasi amerika latin memiliki risiko lebih besar menderita penyakit lupus.
3.Genetik, seperti pada penyakit lupus dan multiple sclerosis yang dapat diturunkan secara genetika dalam keluarga.
4.Lingkungan, faktor lingkungan yang terbukti sangat berpengaruh yaitu paparan bahan kimia, pola makan yang tidak sehat, serta paparan infeksi.
Bulan Ramadhan adalah bulan ke - 9 menurut tanggalan islam dimana seluruh umat muslim wajib menjalankan ibadah puasa selama 29 - 30 hari. Rata - rata durasi ibadah puasa Ramadhan adalah 13 jam dimana di beberapa wilayah dapat mengalami perpanjangan durasi berpuasa hingga 18 jam. Ternyata beberapa penelitian membuktikan bahwa berpuasa dapat membawa manfaat baik terhadap imunitas tubuh. Pada orang sehat yang berpuasa, terjadi penurunan tingkat peradangan sehingga membawa efek yang baik pada imunitas tubuh.
Berpuasa juga memberi dampak yang baik terhadap metabolisme yaitu terjadi penurunan kadar gula darah, penurunan masa lemak dan juga tekanan darah. Hal ini menggambarkan bahwa puasa dapat memberi efek menguntungkan untuk mereka yang memiliki penyakit diabetes, kegemukan dan darah tinggi. Namun tetap harus diingat bahwa pada orang dengan penyakit penyerta, berpuasa harus disesuaikan dengan kontrol dan pengobatan penyakitnya.
Penelitian mengenai puasa Ramadhan pada penderita autoimun yang sudah banyak dilakukan Hasil penelitian menunjukan bahwa berpuasa Ramadhan tidak memperparah penyakit lupus, multiple sclerosis, inflammatory bowel disease dan rheumatoid arthritis. Dapat disimpulkan puasa aman dilakukan pada pasien dengan gangguan autoimun, meski demikian penderita autoimun dapat merasakan efek yang tidak nyaman saat berpuasa dan merasa lebih mudah lelah.
DIET
Bagi penderita gangguan autoimun yang memutuskan untuk berpuasa, dianjurkan untuk memperhatikan asupan makanan selama berpuasa agar tetap dapat mempertahankan stamina tubuh, mencegah efek samping dari pengobatan dan menjaga kesehatan fisik dan mental saat berpuasa. Berat badan harus dikontrol yaitu mempertahankan indeks masa tubuh tetap normal karena kurang gizi maupun obesitas dapat meningkatkan risiko peradangan.