Sudah menulis 2.780 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 24-04-2024 dengan 2.172 highlight, 17 headline, dan 106.868 poin. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖
Sepenggal Kisah Tradisi di Desa Sebelum Ramadan
Sejak kecil saya tinggal di salah satu desa di tanah Jawa. Tradisi warga desa tempat saya tinggal menjelang bulan Ramadan adalah mengunjungi makam sanak saudara. Yang selalu saya perhatikan, mereka berbondong-bondong ke makam membawa peralatan untuk bersih-bersih makam, mulai dari sabit, pancong, kadang ada pula yang bawa cangkul.Â
Selama ini istilah yang saya kenal adalah nyekar ke makam. Di masa kecil, saya selalu ikut acara nyekar ke makam almarhum mbah buyut saya. Menurut tradisi, saat nyekar harus membawa aneka bunga tabur makam yang beraneka ragam jenisnya. Biasanya menjelang bulan Ramadan ada banyak penjual bunga di tepi jalan menuju makam.Â
Kondisi makam di kampung, tidak semuanya tertata rapi dan bersih. Jika pihak keluarga jarang mengunjugi makam, maka bisa dipastikan banyak tumbuh tanaman liar termasuk rumput yang tinghi-tinggi. Karena itulah peralatan kebersihan sangat diperlukan. Pihak keluarga yang berkunjung akan menggunakan semua peralatan itu untuk membersihkan rumput dan tanaman liar lainnya sehingga makam bisa terlihat bersih dan jelas.
Memang tidak semua makam akan rimbun oleh tanaman liar. Ada juga makam-makam di desa yang dirawat oleh juru kunci. Ada pembayaran biaya jaga makam sehingga petugas juru kunci makam membersihkan makam.Â
Kegiatan selanjutnya yang dilakukan setelah makam bersih adalah menaburkan bunga dari bagian atas (kepala) ke bawah (kaki). Bunga-bunga yang ditaburkan biasanya adalah mawar, kenanga, kantil, melati dan ada juga bunga soka. Pilihan bunganya beraneka warna dan dipilih yang harum.
Selain menabur bunga, biasanya juga membawa satu botol air. Air ini akan dituangkan ke atas makam dari atas ke bawah.Â
Biasanya, karena sangat banyak penduduk desa yang mengunjungi makam, mereka akan saling berpapasan atau bertemu di makam. Pertemuan ini jadi semacam silaturahmi singkat, saling menyapa tetangga yang mungkin jarang ditemu dalam kehidupan sehari-hari.Â
Baiklah itu kisah di masa kecil saya yang selalu saya ingat sampai sekarang karena tradisi ini masih terus berlangsung hingga saat ini. Tradisi yang saya kenal sebagai nyekar sebelum bulan Ramadan, ternyata mempunyai nama lain.Â
....
Iya, nyadran, adalah tradisi khas orang Jawa menyambut datangnya bulan Ramadan. Tapi sejauh yang saya pernah lakukan ada sebatas nyekar saja. Membersihkan makam dan menabur bunga. Sementara tradisi nyadran ini mempunyai langkah-langkah ritual lainnya.Â