Sudah menulis 2.953 artikel berbagai kategori (Fiksiana yang terbanyak) hingga 27-10-2024 dengan 2.345 highlights, 17 headlines, 111.175 poin, 1.120 followers, dan 1.301 following. Menulis di Kompasiana sejak 1 Desember 2018. Nomine Best in Fiction 2023. Masuk Kategori Kompasianer Teraktif di Kaleidoskop Kompasiana selama 4 periode: 2019, 2020, 2021, dan 2022. Salah satu tulisan masuk kategori Artikel Pilihan Terfavorit 2023. Salam literasi 💖 Just love writing 💖
Menjaga Hati Sepanjang Hayat
Kata-kata timbul dari hati. Hati yang baik akan mengeluarkan kata-kata yang baik. Hati yang tidak baik akan mempengaruhi pula dalam bertutur kata. Apakah Anda setuju? Hati adalah pusat terjadinya kehidupan dalam diri kita. Dari sanalah terpancar kehidupan. Mengapa bisa demikian? Jika hati kita berpusat pada Tuhan, maka berbahagialah kita menjalani kehidupan.
Manusia menimbang-menimbang segala perkara di dalam hati. Memikirkannya dengan seksama sebelum akhirnya memutuskan untuk bertindak. Itulah bijaksana kehidupan.Â
Seseorang yang menjalani hidup hanya mengalir saja, tidak mempunyai perencanaan yang matang, terkadang lebih mudah terbawa arus. Bila arus membawanya ke hal-hal baik, beruntunglah dia. Jika arus mengajaknya ke tempat yang tidak baik, celakalah dia. Baiklah setiap kita mempunyai prinsip-prinsip kehidupan yang memberi arah yang baik. Jangan ijinkan pengaruh buruk sekitar kita menjadikan kita jadi sama buruk.Â
Hal praktis termudah mengenai ini adalah lisan kita. Setiap kita wajib mengoreksi diri sendiri. Bagaimana hasil dari setiap tutur kata kita. Kita kadang menyanggah dan membela diri. Karena orang lain yang memicu emosi kita, maka kita mengucapkan kata-kata kasar.Â
Atau saat orang lain melukai kita dalam kata, kita pun ingin membalas, bahkan dengan kadar melukai yang lebih besar. Bagaimana tidak? Itu natur manusia pada umumnya. Manusia yang sudah jatuh dalam dosa seperti kita semua. Pasti pernah mengalami khilaf dalam berkata-kata ataupun bertindak. Sesabar-sabarnya manusia, pasti pernah sekali atau dua kali hilang sabar.Â
Masalahnya, itu bukan jadi dalih kita untuk membebaskan diri dari tanggung jawab kita terhadap respon orang lain. Meskipun kita menilai, tindakan kita terpaksa buruk pada orang lain karena mereka lebih dulu melakukan hal itu pada kita, sebenarnya kita sedang sama buruknya dengan mereka yang memulainya. Apa bedanya?Â
Lebih mudah menuliskan semua ini, dibandingkan melakukannya. Tapi saya akan tetap tuliskan. Daripada kita terjebak dalam keadaan buruk yang disebabkan oleh orang lain,( dalam arti ikut-ikutan menjadi buruk dengan mereka), ada beberapa saran saya untuk menjaga hati kita agar tetap bisa baik dalam kondisi sekeliling yang buruk.Â
....
1. Tindakan dan perkataan kita seharusnya memberi dorongan/motivasi pada orang lain.
Jika saya tuliskan di sini sebagai perkataan, tentu saja dalam makna lain termasuk tulisan-tulisan kita. Karena tulisan-tulisan kita adalah refleksi perkataan kita. Buah pemikiran kita.