Muhammad Arief Ardiansyah
Muhammad Arief Ardiansyah Lainnya

Pencerita data dan penggiat komoditi.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Harga Pangan Relatif Stabil, Kok Pedagang Malah Was-was?

29 April 2020   14:10 Diperbarui: 29 April 2020   14:05 807
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Harga Pangan Relatif Stabil, Kok Pedagang Malah Was-was?
Pedagang sayur di Pasar Sumber Artha Bekasi (Liputan6).

Ketakutan sebagian besar pihak akan krisis pangan akibat pandemi COVID-19 nyatanya memang belum berlaku di Indonesia. Harga pangan di pasar-pasar induk cenderung stabil. Bahkan sebagian komoditi justru mengalami penurunan.

Rumah saya sendiri berdekatan dengan 3 pasar tradisional, yakni Pasar Kecapi Jatiwarna, Pasar Jatiasih Baru, dan Pasar Atrium Pondok Gede. Ketiganya sama-sama mendapatkan barang dari satu sumber yang sama yaitu Pasar Induk Kramat Jati Jakarta Timur.

Berdasarkan pantauan di situs Informasi Pangan Jakarta, harga rata-rata komoditi hari ini (29/4) di Pasar Kramat Jati terbilang stabil. Kenaikan hanya terjadi pada komoditi cabai merah keriting (menjadi Rp10.000,-/kg), cabai rawit merah (menjadi Rp12.000,-/kg), dan tomat buah (menjadi Rp9.000,-/kg). Ketiganya sama-sama mengalami peningkatan sebesar seribu rupiah.

Harga rata-rata komoditi di Pasar Induk Kramat Jati per 29 April 2020 (IPJ).
Harga rata-rata komoditi di Pasar Induk Kramat Jati per 29 April 2020 (IPJ).

Komoditi seperti cabe merah besar, cabe rawit hijau, bawang merah, dan kentang bahkan mengalami penurunan mulai dari Rp500,- hingga Rp3.000,- per kilogramnya. Sementara harga komoditi lain seperti bawang putih cenderung tidak berubah dibandingkan hari sebelumnya.

Kestabilan harga panganan ini tentu menggembirakan kita yang berposisi sebagai pembeli. Pasalnya, di tengah terbatasnya pemasukan akibat pandemi, konsumsi rumah tangga justru mengalami kenaikan. Seluruh anggota keluarga yang berdiam #dirumahaja mau tak mau meningkatkan angka konsumsi itu sendiri.

Apalagi situasi saat ini sudah berada di bulan Ramadan. Tanpa kehadiran pandemi, konsumsi rumah tangga saat Ramadan jelas mengalami peningkatan secara alami. Karenanya, harga pangan yang relatif stabil amat perlu kita syukuri.

Akan tetapi, kesyukuran yang sama belum tentu dapat muncul dari lisan para pedagang. Nyatanya, harga pangan yang stabil di pasaran hari ini memang belum tentu juga menggembirakan bagi mereka.

Banyak Faktor yang Menyebabkan Pedagang Sulit Bergembira

Pertama, omzet mereka jelas mengalami penurunan yang signifikan. PSBB menyebabkan waktu operasi berkurang, sehingga jumlah pembeli pun otomatis mengalami pengurangan. Para pembeli itu pun amat jarang yang berbelanja dalam jumlah besar karena daya belinya juga mengalami penurunan.

Pemerintah daerah memang sudah menyiasati hal ini dengan mengadakan layanan online. Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagperin) Kota Bekasi misalnya, sudah bekerja sama dengan 10 pasar se-kota Bekasi sejak awal bulan April untuk melakukan pemesanan lewat aplikasi WhatsApp.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun