Arief Nur Rohman
Arief Nur Rohman Guru

Pegiat Moderasi Beragama Provinsi Jawa Barat. Menaruh minat pada Pendidikan, Pengembangan Literasi, Sosial, Kebudayaan, dan Pemikiran KeIslaman.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Puasa dan Pendidikan Keberagaman

5 April 2022   08:20 Diperbarui: 5 April 2022   08:59 1076
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puasa dan Pendidikan Keberagaman
Halaman muka desain by. Canva (Sumber: Dok. Pribadi)

Bulan Ramadan adalah bulan madrasah yang banyak memberikan sejumlah pesan, pendidikan, dan pelajaran. Bulan Ramadan sebagai bulan madrasah, dalam hal ini dimaknai sebagai proses menjalani serangkaian latihan penyempurnaan diri baik melalui --ibadah individual, sosial, ritual, formal-- secara simultan untuk senantiasa berlaku sesuai dengan yang Allah perintahkan. 

Ramadan pula dijadikan Tuhan sebagai bulan paling agung, mulia, dan penuh karunia. Sebab di dalamnya terdapat peristiwa, jejak indah, dan sejarah penting yang turut serta mewarnai horison peradaban umat manusia. Satu di antaranya adalah perintah berpuasa.

Dalam Islam kita mengenal perintah puasa jelas termaktub dalam al-Quran, salah satunya QS. Al-Baqarah: 183, yang artinya: "Wahai orang-orang yang beriman! 

Diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." Puasa sejatinya adalah menahan segala bentuk kuasa nafsu yang mendominasi dalam diri --dorongan nurani, naluri, niat hati-- baik sebagai hal yang nampak maupun yang mengejawantah dalam perilaku. 

Puncak dan orientasi ibadah puasa adalah mencapai ketakwaan. Namun dalam hal ini, penulis akan lebih banyak menyoroti, mengidentifikasi, dan mengelaborasi terminologi "Umat Terdahulu" atau Al-Quran menyebutnya "Kamaa Kutiba 'ala ladzina min qoblikum" dengan tradisi puasa agama-agama dan pendidikan keberagaman.

Kata puasa/ shaum (dalam Bahasa Arab) mewakili banyak kebudayaan, keragaman, bahkan terdapat dalam tradisi agama-agama yang lain. Jika kita lihat bersama bahwa, perintah puasa muncul dan menjadi sebuah kewajiban yang disyaratkan bagi orang-orang dalam tradisi agama semitik

Dalam tradisi agama Yahudi dan Kristen ortodoks, kita mengenal istilah "Tzum". Secara istilah, pengucapan, dan bunyi kata "Tzum" sama dengan kata "Shaum", yang artinya menahan diri dari berbagai perilaku serta mampu menahan diri dari makan dan minum. 

Oleh karenya, perintah untuk melakukan puasa pada dasarnya juga diberikan kepada orang-orang sebelumnya/ umat terdahulu seperti dalam agama Yahudi dan Kristen.

Jika kita telusuri lebih jauh, kata puasa ditemukan pula dalam Bahasa Sanskrit, yaitu "Upuwasa" artinya sama dengan shaum/ puasa. Oleh karenya, puasa juga dikenal dalam tradisi agama Hindu dan Budha. 

Jika dalam tradisi Hindu "Upuwasa" biasanya dilakukan oleh orang-orang sebelum melakukan Nyepi, sebagai salah satu bentuk penyucian diri. Begitupun dalam tradisi agama Budha. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun