Arief Nur Rohman
Arief Nur Rohman Guru

Pegiat Moderasi Beragama Provinsi Jawa Barat. Menaruh minat pada Pendidikan, Pengembangan Literasi, Sosial, Kebudayaan, dan Pemikiran KeIslaman.

Selanjutnya

Tutup

TRADISI Pilihan

Idul Fitri: Momentum Mendidik Diri

2 Mei 2022   07:23 Diperbarui: 2 Mei 2022   07:26 551
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Idul Fitri: Momentum Mendidik Diri
Halaman muka (Sumber: Dok. Pribadi) Desain by. Canva

Kemenangan melawan atas kuasa hawa nafsu, terbebas dari angkara murka, dan meluruhkan sikap keangkuhan. Kemampuan membaca diri pula bisa dipahami dengan mengontrol, mengawasi, menelisik, dan menindak atas segala perbuatan yang tidak dikehendaki oleh Tuhan. Kemudian mereformasinya dengan perilaku konstruktif, produktif, empatik, dan inklusif. 

Dengan begitu, fitrah kemanusiaan pasca Idulfitri akan menemukan titik labuhnya yang nyata dalam diri kita. Menjalin berkait-kelindan dalam perilaku positif yang nampak di kehidupan keseharian pasca Ramadan.

Kedua, Mengembangkan kesadaran Spiritual Leadership dalam diri. Spiritual leadership dalam hal ini adalah kemampuan memimpin secara spiritual dalam diri sendiri. Kepemimpinan spiritual juga dapat dipahami sebagai motivasi, emosi, dorongan hati secara penuh kesadaran social-psikologis untuk berhubungan secara vertical dengan Tuhan. 

Dengan pemahaman inilah paling tidak, indikator yang bisa kita jadikan ukuran adalah segala perilaku dalam hidup mampu berorientasi ibadah, senang pada kebenaran, kebaikan, kedamaian, kerukunan, kemerdekaan diri serta mampu melihat kekurangan diri secara objektif. 

Oleh karenanya momentum Idulfitri mengajarkan kita untuk selalu memaknai dan memberi perhatian penuh pada kesadaran ruhani, merekonsiliasi segala bentuk khilaf dan kesalahan orang lain.

Pada saat yang sama, kemampuan bersikap lapang, teguh, dan tidak memiliki mental pasrah menengadah mengharap imbalan dari orang lain mengantarkan manusia untuk selalu merasakan hikmah dan karunia dari Tuhan. Ia akan selalu bersikap positif dan bersyukur atas segala yang diterimanya dalam hidup.

Dengan dua hal ini, akan menjadikan kita memiliki kematangan jiwa, keluhuran budi, keteguhan hati dan sikap lain yang selalu diaktualisasikan dalam budi baik perilaku keseharian. Sehingga kesejatian iman dan derajat ketakwaan akan membuahkan titik labuh pada dermaga-Nya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun