Ariel Hosea
Ariel Hosea Mahasiswa

20 y.o | mahasiswa s1 sistem informasi ( semester 6 ) di STIKOM Yos Sudarso Purwokerto | gen z yang menulis | awalnya karena coba-coba lalu jadi hobby | lewat tulisan, saya ingin berbagi | lewat tulisan, saya ingin tumbuh

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Artikel Utama

Minta Maaf di Era Digital: Apakah Emoji dan Chat Bisa Menggantikan Tatap Muka?

1 April 2025   14:11 Diperbarui: 2 April 2025   12:27 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Minta Maaf di Era Digital: Apakah Emoji dan Chat Bisa Menggantikan Tatap Muka?
Maaf-maaf an saat lebaran | Sumber: SHUTTERSTOCK/ODUA IMAGES via KOMPAS.com

Misalnya, ketika tidak bisa mudik karena jarak atau kesibukan, saat harus meminta maaf kepada teman atau kenalan jauh yang sudah lama tidak berkomunikasi, atau ketika kesalahan yang dilakukan tergolong kecil dan tidak membutuhkan penjelasan panjang.

Namun, ada kalanya maaf melalui teks justru membuat hubungan terasa hambar.

Bayangkan seseorang yang telah menyakiti hati kita secara mendalam, lalu tiba-tiba hanya mengirim chat berbunyi: "Maaf ya kalau aku ada salah."

Tanpa tatap muka, tanpa nada suara penuh penyesalan, tanpa gestur yang menunjukkan ketulusan. Apakah hati kita bisa langsung luluh?

Itulah kenapa, meskipun teknologi memudahkan, permintaan maaf tetaplah harus disesuaikan dengan situasi. Ada momen-momen di mana kita harus mengesampingkan kemudahan digital dan kembali pada cara tradisional yang lebih berkesan.

Keluarga besar kumpul saat lebaran | Sumber: Freepik.com
Keluarga besar kumpul saat lebaran | Sumber: Freepik.com

Kenapa Lebaran Lebih Baik Minta Maaf Secara Langsung?

Tidak semua maaf bisa disampaikan lewat chat. Ada saat-saat di mana kita harus benar-benar hadir secara fisik untuk menyampaikan permintaan maaf dengan penuh ketulusan.

Ketika kesalahan yang dilakukan cukup besar, kata-kata dalam chat saja tidak akan cukup.

Orang yang kita sakiti mungkin membutuhkan ekspresi wajah kita, nada suara yang menunjukkan penyesalan, serta gestur tubuh yang memperlihatkan bahwa kita benar-benar menyesal.

Dalam situasi di mana konflik belum terselesaikan, tatap muka akan memberikan ruang untuk berdiskusi dan mencari penyelesaian terbaik, dibandingkan sekadar bertukar pesan yang bisa saja disalahartikan.

Orang-orang yang lebih tua, seperti orang tua atau kakek-nenek, sering kali lebih menghargai permintaan maaf yang disampaikan secara langsung daripada sekadar melalui pesan singkat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

Nunggu Bedug Makin Seru di Bukber Kompasianer

Selain buka puasa bersama, Kompasiana dan teman Tenteram ingin mengajak Kompasianer untuk saling berbagi perasaan dan sama-sama merefleksikan kembali makna hari raya.

Info selengkapnya: KetemudiRamadan2025

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun