Menikmati Mudik Lalu dan Kini
Sebuah keberuntungan, sisa-sisa peristiwa dan suasana itu tidak terjadi saat ini. Ketika Pemerintah begitu keras terus menyiapkan sebuah peristiwa besar, mudik, menjadi sebuah rutinitas bermakna. Kereta api terus dibenahi, kebiasaan mudik terus dikelola dengan bermacam strategi. Berbagai perusahaan dilihatkan, berbagai instansi pemerintah berkolaborasi, rakyat ikut mendukung segala usaha Pemerintah. Maka, mudik menjadi sebuah peristiwa wisata religi.
Apalagi banyak perusahaan dan instansi menyediakan mudik gratis. Perusahaan BUMN, perusahaan swasta, dan juga kepedulian perorangan mengambil peran nyata menyediakan transportasi gratis untuk rakyat. Pada akhirnya, perjalanan mudik membentuk kolaborasi pemerintah, masyarakat, perusahaan, sekolah-sekolah bahkan berbagai perusahaan media.
Mudik harus dinikmati bukan hanya oleh mereka yang kaya, tetapi mereka yang lemah dan selama ini tersingkir sudah selayaknya menikmati kebersamaan mudik. Karena mudik bukan hanya sekadar pulang, tetapi menciptakan kelekatan dalam pergaulan, kebersamaan, dan kekeluargaan yang luar biasa.
Mudik mengakar sebagai peristiwa budaya yang membentuk sikap peduli dan membiasakan masyarakat yang mengedepankan kebersamaan, kesabaran, kehati-hatian dan kolaborasi dalam berbagi dengan sesama. Mudik gratis menjadi karya kolaboratif yang membentuk kebersamaan nyata menikmati hari raya. Selamat menikmati mudik yang menyenangkan dan mengembirakan.