Aris Heru Utomo
Aris Heru Utomo Diplomat

Penulis beberapa buku antara lain Bola Bundar Bulat Bisnis dan Politik dari Piala Dunia di Qatar, Cerita Pancasila dari Pinggiran Istana, Antologi Kutunggu Jandamu. Menulis lewat blog sejak 2006 dan akan terus menulis untuk mencoba mengikat makna, melawan lupa, dan berbagi inspirasi lewat tulisan. Pendiri dan Ketua Komunitas Blogger Bekasi serta deklarator dan pendiri Komunitas Blogger ASEAN. Blog personal: http://arisheruutomo.com. Twitter: @arisheruutomo

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

3 Strategi Menyiapkan Bingkisan Lebaran Personal dan Intim

2 April 2024   07:33 Diperbarui: 2 April 2024   07:35 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
3 Strategi Menyiapkan Bingkisan Lebaran Personal dan Intim
bingkisan lebaran, sumber gambar: Kompas.com

Sebentar lagi umat muslim akan merayakan momen Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran untuk saling bersilaturahmi dan saling memaafkan. Banyak tradisi yang dilakukan masyarakat Indonesia untuk bersilahturahmi dan mengungkapkan semangat kekeluargaan, salah satunya adalah tradisi mengirimkan bingkisan lebaran berupa makanan atau barang untuk diberikan kepada saudara, kerabat ataupun relasi kerja.

Oleh karena itu, Ramadan dan Lebaran dengan segala tradisi di dalamnya selalu menjadi momen spesial yang dinantikan masyarakat Indonesia setiap tahun.

Dalam sejarahnya, tradisi mengirimkan bingkisan lebaran atau yang sekarang ini dikenal sebagai parsel dan hampers ini rupanya sudah ada sejak lama, bahkan sejak sebelum masuknya Islam.

Seperti dikutip dari Kompas.com, Kamis (7/5/2021), tradisi mengirimkan bingkisan, ternyata bisa dirunut jauh hingga masa Jawa Kuno melalui istilah 'ater-ater', sebuah istilah yang telah dikenal pada abad ke-IX dan disebutkan dalam kitab kakawin Ramayana, Sutasoma. Istilah tersebut merujuk pada aktivitas mengantarkan atau membawa makanan dari seseorang atau suatu keluarga ke orang atau keluarga lainnnya pada waktu tertentu, dengan maksud tertentu.

Ketika Islam masuk ke Jawa, tradisi "ater-ater" terus dipraktikkan dan masyarakat pemeluk agama Islam mengadopsi tradisi ini dengan mengaitkannya pada hadist Rasullulah Muhammad SAW yang mengajarkan untuk saling berbagi.

Tradisi mengirimkan bingkisan ternyata bukan hanya dilakukan oleh masyarakat Jawa, tetapi juga masyarakat lainnya di Nusantara. Di beberapa kerajaan lain, ada tradisi masyarakat menghantarkan hasil bumi untuk raja. Ketika raja mengadakan pesta panen, biasanya akan membekalkan hasil olahan dan berbagai macam makanan serta kue, yang akan dibawa pulang oleh rakyatnya sendiri.

Seiring perjalanan waktu, pengiriman bingkisan bukan lagi sekedar hasil bumi atau makanan tetapi bisa juga berbagai barang kekinian, seperti peralatan masak, peralatan perkebunan, pakaian, sarung, gelas, piring dan sebagainya. Semua barang-barang tersebut dikemas dengan rapih dan cantik sehingga menyenangkan penerimanya.

Agar bingkisan lebaran yang dikirimkan dapat diterima dengan baik, maka kita pun mesti menyiapkan bingkisan lebaran dengan strategi yang tepat dan baik.

Hal pertama yang perlu dilakukan adalah menentukan dan membuat daftar siapa saja yang akan dikirimi  bingkisan lebaran. Nama-nama siapa saja yang akan dikirimi bingkisan lebaran kemudian dikelompokan ke dalam keluarga, teman dan kolega untuk memudahkan penentuan jenis bingkisan dan anggaran yang diperlukan.

Dengan memiliki daftar nama yang akan dikirimi bingkisan lebaran dapat ditentukan kapan paling lambat bingkisan dikirimkan agar diterima tepat waktu. Jika mepet pengirimannya bisa terjadi keterlambatan pengiriman bingkisan lebaran ke alamat tujuan.

Hal kedua yang perlu dilakukan adalah menentukan anggaran pembelian sesuai dengan budget yang dimiliki. Bingkisan lebaran tidak harus mahal karena ada banyak bingkisan lebaran yang bisa disesuaikan dengan anggaran. Jangan sampai menyiapkan bingkisan lebaran di luar batas anggaran yang dimiliki alias lebih besar pasak daripada tiang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun