Meskipun sudah tidak muda, tapi semangat untuk terus berkarya dan memberi manfaat masih menyala dalam diri seorang tua
Tol Langit, Pilihan Satu-satunya untuk Mudik
Hanya saja selain untuk memiliki, dan barangkali untuk menggunakan, atawa mengoperasikannya, benda dalam genggaman tangan itu, dalam kenyataannya tidak semudah membalikkan telapak tangan lho.
Untuk memilikinya tetap saja harus menguras isi kantong sampai dalam, lantaran harganya lumayan mahal. Terutama hal itu dirasakan benar oleh mereka yang hidupnya pas-pasan. Begitu juga dalam menggunakannya, bagi yang gagap teknologi, alias gaptek, perlu diajari dan latihan sampai benar-benar mahir pula.
Sudah cukup?
Belum kok. Masih ada tuntutan yang tidak boleh tidak musti dipenuhi. Agar bisa digunakan sebagaimana mustinya, telepon pintar pun harus dikasih makan pula. Tapi bukan nasi, atawa kue kering lho. Melainkan uang. Lagi-lagi uang!
Ya iyalah. Kalau tanpa diisi pulsa dan kuota, mana bisa smartphone dijalankan. Terlebih lagi kalau ingin melakukan video call, atawa bicara jarak jauh dengan saling bertukar gambar diri masing-masing secara virtual, kuota yang jadi beban biaya internet menjadi sarat utama untuk mudik dengan cara yang satu ini.
Kalau semua itu sudah dipenuhi, maka mudik online di tengah pagebluk pun sudah bisa dilakukan. Terlebih lagi dengan adanya tol langit, yakni tersedianya satelit komunikasi Palapa ring Timur, semuanya mudah-mudahan akan berjalan lancar. Sebagaimana yang saya alami sekarang ini, manakala berkomunikasi dengan anak sulung kami yang berada di Palu, Sulawesi Tengah. Alhamdulillah, kerinduan kepada anak dan cucu pun bisa sedikit terobati. ***