Ramadhan Sudah 20 Hari, Selanjutnya Mau Apa?
Ramadhan sudah lewat 20 hari. Duapertiga dari waktu yang mulia ini telah terlampaui. Tak terasa seakan baru kemarin mulai puasa, eh tahu-tahu sudah dapat 20 hari. Waktu berlalu terasa begitu cepatnya, padahal putaran jarum jam berdetik seperti biasanya. Ia tak sekalipun mempercepat ritme geraknya. JIka mengingat hal ini, tersadar sindiran Allah swt bahwa sesungguhnya manusia itu akan berada dalam kerugian yang nyata. Betapa tidak! Ramadhan ini sudah berlalu 20 hari. Hari-hari yang sesungguhnya memberi kesempatan untuk kita memaksimalkan upaya agar tidak merugi. Tapi sudah kah kita optimalkan kesempatan yang diberi ini?
Sudah berapa banyakkah amal kebaikan yang kita lakukan? Meningkatkah dari hari pertama hingga hari keduapuluh ini? Atau malah sebaliknya, bukannya menanjak naik, tapi malah melandai turun? Bukankah Allah telah mengiming-imingi kita dengan melipatgandakan pahala setiap amal kebaikan di bulan ini dengan lipatan yang luarbiasa. 1 tidaklah dibalas 1 tapi 10 bahkan bisa hingga mencapai 100. Masih tidak tertarik kah kita? Jika iya, maka layaklah jika Allah menyatakan "sesungguhnya manusia itu berada dalam kerugian".
Menapaki hari ke-21 di bulan Ramadhan yang mulia ini, mari coba kita renungkan sudah sejauhmana kita melangkah?. Sudah sedalam mana kita menyelami Ramadhan ini? Sudah seberapa banyak amal kebaikan yang kita lakukan? Sudah sebaik apa ibadah yang kita tujukan ke hadapan-Nya? Jika ternyata jawaban dari semua Tanya itu adalah "belum", maka mari kita introspeksi, bermuhasabah lalu perbaiki diri. Masih ada kesempatan untuk berubah. Masih ada kesempatan untuk memaksimalkan upaya, agar Ramadhan yang mulai ini tidak kita lewati dengan sia-sia.
Rasulullah saw pun meningkatkan amal ibadahnya di 10 malam terakhir dari Ramadhan yang beliau lampaui. Beliau bahkan lebih banyak berdiam di masjid dengan I'tikafnya dari pada di rumah. Disebutkan dalam hadits riwayat Aisyah ra:"Bahwa Nabi saw melakukan i'tikaf pada hari kesepuluh terakhir dari bulan Ramadhan, (beliau melakukannya) sejak datang di Madinah sampai beliau wafat, kemudian istri-istri beliau melakukan i'tikaf setelah beliau wafat." [HR. Muslim].
Apa yang bisa dilakukan ketika I'tikaf? Tentu saja kegiatan-kegiatan yang bisa mendekatkan diri kepada Allah swt, seperti memperbanyak salat sunah, tadarus al-Qur'an, berzikir, bertafakur, atau mempelajari (membaca) buku-buku agama.
Lalu apakah dengan demikian di sepuluh hari terakhir di Ramadhan ini kita tidak perlu bekerja, cukup I'tikaf di masjid saja? buka begitu juga kali... Kewajiban mencari nafkah tetap tidak boleh ditinggalkan. Mengurus rumah tangga tetap harus dijaga. Hubungan kemasyarakatan tetap harus terjalin baik. Hanya saja kita bisa lebih mengoptimalkan amal kebaikan di 10 hari terakhir Ramadhan ini.
I'tikaf tidak berarti meninggalkan kewajiban mencari nafkah dan meninggalkan aktivitas bermasyarakat. Menurut sebagian ulama, I'tikaf boleh dilakukan dalam kurun waktu yang tidak lama. Missal 1 atau 2 jam kita niatkan I'tikaf di masjid. Atau bagi yang longgar bisa dilaksanakan sehari semalam. Mungkin ini bisa dilakukan oleh mereka yang libur kerja. Nah saat libur kerja ini bisa digunakan untuk I'tikaf.
Agar tidak bingung mau melakukan apa ketika I'tikaf, mungkin bisa disusun rencana kegiatan I'tikaf biar I'tikafnya tidak membosankan. Missal, akan I'tikaf di masjid selama kurang lebih 1 sampai 2 jam sehari. Nah waktu 2 jam itu bisa kita isi dengan membaca al-Qur'an. Atau di 10 hari terakhir Ramadhan ini kita rencanakan mengkhatamkan al-Qur'an. Berarti 1 hari 3 juz. Agar tidak terlalu melelahkan, mungkin bisa bisa disiasati dengan I'tikaf setiap selesai salat fardhu sambil membaca al-Qur'an minimal 1 jam.
Itu hanya sebagian contoh saja. Mungkin bisa dilakukan hal lain. Intinya adalah mengoptimalkan amal kebaikan di sisa Ramadhan yang mulia ini. Semoga dengan ini Allah swt menerima amal ibadah kita, diampuni dosa-dosa kita dan kelak kita dimasukkan kedalam surga-Nya. amin.