Profesi Bukanlah Sebuah Tolak Ukur
Makassar, Sulawesi Selatan
Tukang parkir, adalah profesi yang hanya di pandang rendah oleh sebagian orang. Namun tidak banyak orang mengira bahwa menjadi seorang tukang parkir adalah pekerjaan yang mulia. Itulah profesi yang sampai saat ini masih dijalani Muhammad Fajri Ilyas. Ayah dari satu orang anak ini sudah 3 tahun menjadi tukan parkir di Universitas Atma Jaya Makassar, terkadang di saat libur panjang kampus Fajri menjadi tukang parkir di indomaret. Pekerjaan kecil yang sehari-hari dijalani dengan penuh rasa tanggung jawab yang besar tidak membuat Fajri berkecil hati.
Lelaki kelahiran Bulukumba, Sulawesi Selatan ini setiap bulanya mendapatkan penghasilan sekitar Rp 1.000.000. Walaupun dengan gaji yang cukup kecil itu, Fajri tetap menerimanya dengan penuh rasa syukur. Ia selalu menganggap bahwa "Apabila pekerjaan selalu dijalani dengan ikhlas, maka akan menjadi berkah". Dengan hadirnya seorang anak dalam keluarga sederhananya, Fajri semakin merasa bertambahnya beban yang harus dipikulnya. Anak Fajri yang masih kecil perlu dipenuhi segala kebutuhannya. Dengan kondisi ekonomi mereka seperti ini, Fajri berusaha dengan baik mengatur pengeluaran tiap hari yang diperlukan keluarganya.
Selain karena panggilan, alasan lain mengapa Fajri memilih bekerja sebagai tukang parkir adalah, karena tidak ada pekerjaan lain yang sesuai dengan keahlian dan latar belakang pendidikannya. Sekali lagi Fajri tetap bersyukur menjalani profesinya tersebut tanpa mengeluh, di kota besar seperti Makassar masih banyak orang yang tidak memiliki pekerjaan, bahkan hanya bergantung hidup dengan orang lain. Ayah dari satu orang anak ini tetap merekahkan senyum sembari menjalani pekerjaanya.
Semua pekerjaan pasti ada hambatannya, hal itu juga sering dialami Fajri. Menjalani profesi sebagai tukang parkir tidak membuat Fajri terbebas dari berbagai hambatan dan masalah. Terkadang ada beberapa Mahasiswa yang susah diatur untuk merapikan kendaraanya. Padahal itu semua adalah untuk kenyamanan bersama. Dengan senyum khasnya, Fajri terus bersabar menghadapi segala hambatan yang ia yakini sebagai ujian dalam pekerjaan yang sedang dijalaninya itu, karena Fajri percaya bahwa Allah memberikan ujian sesuai dengan kemampuan umatnya jikalau kita merasa berat terhadap ujian tersebut berarti kita harus lebih sabar lagi menjalaini ujian tersebut
Jika ada waktu luang, Fajri menggunakannya dengan sebaik-baiknya untuk membaca Al-Qur'an dan buku-buku pengetahuan umum, Ia juga tidak ingin ketinggalan dalam pengetahuan serta berburu amal untuk bekalnya nanti di Akhirat kelak. Walau Ia miskin harta di Dunia, Ia tidak ingin miskin di Akhirat kelak. Ia selalu ingin menjalani hari demi hari menjadi semakin lebih baik. Di usianya yang ke 28, Fajri semakin sadar bahwa umur semakin habis dimakan waktu. Kapan lagi banyak-banyak melakukan ibadah, kalu bukan sekarang ? karena mati seseorang hanya Allah yang menentukan.
Menjadi seorang tukang parkir dijalani Fajri mulai tahun 2018. Tukang parkir yang selalu mengenakan peci ini banyak dikenal Mahasiswa, baik karena penampilannya yang khas, maupun sikap ceria dan penuh semangatnya itu. Inilah yang membuat Ngatiman disegani oleh banyak orang.
Dari cerita Muhammad Fajri Ilyas. Seorang tukang parkir, kita dapat mengambil hikmah, apapun pekerjaannya kalau kita menjalaninya dengan ikhlas, bahagia, dan bersyukur pasti akan terasa ringan karena kita percaya kepada Allah akan selalu ada untuk kita dan percaya bahwa akan ada hal indah yang akan kita dapatkan kelak entaah itu hari ini, esok, atau nanti.