Tiga Bungkus Opor Ayam untuk Mereka
Seperti pesan papa dahulu," teruslah berbagi, walau terkadang lelah dan malas membuat dirimu enggan untuk berbagi."
Kalimat itulah yang selalu membawa aku pada setiap awal Ramadhan hingga berakhirnya Ramadhan.
Begitu pula dengan hari hari biasa, tetap berbagi walau terkadang setan bercokol dan berbisik untuk tak berbagi. Namun segera melawan setidaknya ada pengingat.
Berhubung tahun ini anak gadis tak bisa pulang untuk berlebaran bersama, tak apalah namun sajian buatan mamanya telah terkirim dan mendarat bersama. Setidaknya anak gadis bisa menikmati masakan mamanya, walau hanya mampu menatap lewat layar kaca.
Untuk pengiriman, aku menggunakan jasa JNE atau jasa lainnya yang terpenting cepat dan aman, tidak hancur dan jelasnya tidak basi, kalau basi pasti terbuang tanpa bisa mencicipinya.
Aku merasakan bagaimana anak jauh dari orang tua, aku pun pernah jauh dari orang tua dari masa kuliah hingga memasuki gerbang pernikahan. tiada kenyamanan tanpa orang tua di samping, semua hanya dibuat nyaman.
Anak Sahabatku
Namun ini adalah anak dari sahabatku yang kebetulan sahabatku mengikuti suaminya kerja di Cilacap dan anak anaknya masih berada di Palembang.
Mereka bukan lagi orang lain bagiku, mereka pun telah di anggap sebagai anak sendiri. Di saat menjelang lebaran mengerti bagaimana bingungnya mereka untuk menyiapkan menu lebaran. Ditambah kondisi tubuhnya sedang berbadan dua. Membayangkan jika itu terjadi pada anakku nantinya.
Tanpa berpikir panjang lagi, aku mencoba menawarkan untuk membuatkan menu lebaran walau hanya opor ayam kuning bersama dengan ketupatnya.