Peruntungan Cookies di tengah pandemi Covid-19
Ini kali pertama membuat cookies, awalnya hanya berencana untuk iseng-iseng ngajarin santriwati selama masa liburan sekolah. Santriwan dan santriwati yang mondok di pesantren rintisan kami, mereka semua sekolah masih diluar, dan menghafal Qur'annya di pondok. Baru tahun ini pembukaan sekolah dalam.
Nah, biasanya selama ini kita bergerak di usaha kue basah untuk membantu keuangan pesantren, karena kita kira, sepertinya kue kering dengan harga yang mahal-mahal tentulah sedikit untungnya. Tidak mungkin rasanya berbisnis kue kering.
Tapi, karena penasaran dengan banyak akun sosial media berselancar yang memamerkan hasil kue kering dari berbagai resep, maka segeralah kita ke pasar untuk membeli bahan-bahan kue yang diperlukan dan mencoba membuat kue kering. Awalnya kita membuat selai Nanas, Alhamdulillah sukses dengan memadukan berbagai resep. Lanjut kita buat adonan Nastar, ternyata terlalu rapuh, lanjut coba resep kedua, terlalu basah, dan kita nekat mencoba resep ketiga... wah rasanya seperti Nastar Favorit saat masih kecil-kecil dulu. Kami bersama 2 santriwati sangat berbahagia. setelah matang si Nastar, langsung ludes dicicipi oleh santri-santri yang bolak-balik ke dan dari ruangan belajar. Kebetulan tempat belajar santri tidak jauh dari ruang kami memasak kue. Terlebih saat itu belum berpuasa, banyak dari santri yang meminta lagi dan lagi. Akibatnya kamipun semakin bersemangat untuk mencoba kue-kue kering selanjutnya.
Sampailah mendekati puasa, kami sudah mencoba 10 jenis kue kering, dengan berbagai cerita, ada yang gagal, ada yang over bake, ada juga yang gosong. Tapi tak sedikit yang berhasil dan menghasilkan bertoples-toples kue ukuran toples bundar 500 g . Akhirnya kami putuskan untuk berbisnis kue kering di bulan puasa ini, terlebih beberapa teman dan wali santri ikut pre order kue-kue kering yang kami share ke status WA. So, dengan semangat untung yang insya Allah lumayan, maka resep-resep yang sukses, dicatat rapi oleh santriwati.
1 toples bundar ukuran 500 g, kami hargai rata Rp 85.000, dan buat dua orang santriwati yang ikut membantu akan mendapatkan tabungan pertoples Rp 20.000 dibagi dua, atau Rp 10.000 perorang. Mereka sangat bahagia, sembari kami mendidik jiwa usahanya. Modal digelontorkan senilai Rp 2.987.500 untuk membeli bahan beberapa jenis kue kering berikut: Nastar, Putri Salju, Choco Crunch Cookies, Choco Crunch Flakes, Kurma Cheese Choco, Red Velvet Cookies, Peanut Cookies, Thumprint Strawaberry, Peanut Thumbprint, Chocolate Cookies, beserta toples, sticker branding, sesi pemotretan yang hasilnya seperti gambar diatas.
Khusus untuk membuat selai Nanas, 4 orang santriwan atau santri putra yang memarutnya, hadiahnya kue gratis dan menu masakan enak, ayam atau ikan. Dengan menggunakan parutan kelapa tempurung sambil duduk merekapun semangat memarut Nanas, tidak sampai 2 jam Nanas dengan jumlah hampir lima puluhan sudah selesai diparut.
Dua santriwati yang membuat kue bersama dua ustadzahnya tak kalah bersemangat, bahkan untuk mengejar target isi toples, jumlah takaran untuk bahan satu kue sering dikali 6 dalam sekali mengadon. Padahal kue kering cenderung berbahan mentega, maka hasil adonan tadi harus dibungkus berplastik-plastik agar tidak kering yang mengakibatkan susah dibentuk.
Membuat kue kering kendala terbesar adalah saat menimbang berat adonan kue-kue yang bulat agar sama besar, seperti kue Nastar bentuk bundar, Thumbprint, dan Putri Salju bentuk bundar. Sedangkan kue-kue yang dicetak tidak terlalu memakan waktu. Maka tak jarang, tim cookiespun harus menyelesaikan 1 macam kue hingga pukul 3 pagi. Yang tentunya kegiatan kepesantrenan tidak ditinggalkan begitu saja, seperti mengaji dan sholat tepat pada waktunya, terlebih sudah memasuki bulan Ramadhan, maka sholat Tarawih, tadarrus dan ceramah agama tidak ditinggalkan, karena disanalah letak berkah dari segala kegiatan dan usaha di bulan yang mulia ini. Santai dalam membuat cookies, membuat tim cookies enjoy hingga tengah malam. Tak jarang sambil memasak mie dengan potongan cabe rawit dan dicampur telur hampir setiap pukul satu malam, dan dipenuhi gelak tawa sampai tiba waktu sahur. Kurang lebih 1 minggu tim cookies bergadang hingga pukul satu, pukul dua bahkan hingga waktu sahur tiba.
Alhamdulillah, kurang lebih 2 minggu waktu yang harus dihabiskan dalam membuat cookies, maka terkumpullah 74 toples dengan berbagai varian kue, usaha tidak menghianati hasil. Apabila ditambah dengan yang sudah dimakan santri-santri diawal, dan yang gosong apabila tidak gosong, bisa lebih dari 74 toples, ternyata banyak juga hasilnya jika dibandingkan dengan modal yang telah dikeluarkan. Alhamdulillah.
Tibalah saatnya sesi penjualan kue yang belum ada tuannya. Dari 74 kue, yang sudah dipesan beberapa sahabat dan kerabat baru sebanyak 14 toples, dan 60 sisanya belum bertuan. Maka bersama ustadz dan ustadzahnya, santri-santri didampingi untuk menawarkan kerumah wali-wali santri yang mengaji di pesantren. Kadang juga mampir kerumah-rumah warga yang kitapun tidak kenal. Alhamdulillah total perhari ini sudah laku 51 toples dan tersisa 9 toples lagi.
Berkat rahmat Allah, penjualan cookies Allah mudahkan, sehingga santriwati yang ikut dalam bisnis cookies ini berkesempatan mendapat Rp 740.000 perorang dikali 2 orang, yakni Rp 1.480.000. Dan Rp 200.000 dari 20 toples sudah mereka ambil diawal untuk membeli sabun dan keperluan pribadi. Kalau dihitung-hitung untuk income pesantren dari penjualan cookies ini sangat sedikit, tak mengapa, saling berbagi di masa pandemi Covid-19, karena disanalah berkah yang akan diterima pesantren kelak, sebab dua orang santriwati tim cookies adalah anak yatim piatu dan yang satu lagi berasal dari keluarga dhuafa'.