Mudik: Mudah Panik
Bagi saya yang penting bukan himbauan untuk #janganmudikdulu, tapi #janganmudahpanik, ini pesan yang sangat berarti menurut pribadi saya. Bagi yang benar-benar terjamin aman pulang kampung ya pulang kampung, mana tahu tinggalnya di kampung sebelah tinggal melangkah. Bagaimanapun pahitnya keadaan yang terutama sekali #janganmudahpanik, karena panik lebih lebih lebih membahayakan lagi.
Kenapa banyak orang yang meninggal? Yang jelas kita kembali ke pasal pertama alias sudah takdirnya, atau sudah jalan hidupnya seperti itu. Karena yang namanya kematian tak dapat dielak, tak diundang tapi sudah waktunya. Kematian tak dapat dielak apapun caranya, mati ya mati. Ada yang mati tragis, ada yang mati dengan tenang duduk santai, atau sedang shalat atau barangkali sedang tidur dan lain sebagainya. Semua pasti mati.
Semua kita sudah ada masa expired-nya, ada jangka masanya, kue yang kita makan ada masa expired-nya, biskuit atau obat yang kita makan ada expired-nya, begitu juga hal yang lebih besar seperti bumi dan langit suatu masa akan tiba masa expired-nya. Jadi #janganmudahpanik. Seperti itulah ketentuannya, kita sebagai hamba Allah mengikuti semua peraturan-peraturan-Nya tanpa terkecuali, musibah kematian selama pandemi covid ini adalah ujian buat kita semua, seberapa yakin kita kepada yang Maha Kuasa.
Tidak ada sesuatu pun di dunia ini untuk disombongkan, karena semua dibawah naungan Allah SWT. Kita diuji dengan kuman atau bakteri covid ini atau apalah namanya, yang besarnya sangat sangat sangat super kecil tidak berkutik, apa yang masih membuat kita untuk sombong? Apakah kita masih sombong?
Bagi teman-teman yang diuji dengan kematian semasa covid ini, tenanglah semua hanyalah milik Allah, kita semua pasti akan kembali kepada-Nya. Bagi yang ingin pulang kampung dan ia yakin aman tidak mengapalah pulang, bagi yang ragu tinggalkan. Begitu jalan mainnya, karena keyakinan adalah ilmu yang banyak orang tak tahu. Yakin atau ragu, yakin ikuti, ragu tinggalkan.
Menurut hemat saya kalau ada sebuah penyakit yang membuat kita tidak bisa bergerak sama sekali, ke kanan salah ke kiri salah ke depan salah ke belakang salah, dibawa menyerong salah, ini artinya sama saja menjerumuskan kita kepada kematian. Karena kematian itu sendiri apa? Tidak bisa ngapa-ngapain. Mandi dimandikan, mata tidak bisa digerakkan, kaki tidak bisa digunakan, ya tidak bisa ngapa-ngapain, itulah kematian.
Menurut bodohnya saya, musibah ini waktu yang tepat untuk manusia meningkatkan keimanannya kepada Allah SWT, dulunya tidak shalat sekarang shalat, dulunya tidak ke mesjid malah membuat tidak ke mesjid karena covid, akhirnya membuat kita tidak pernah ke mesjid sama sekali.
Karena sekali lagi menurut bodoh saya, untuk mengangkat penyakit ini, harus atau mungkin wajib hal-hal keagamaan wajib ditingkatkan dan lebih lagi. Tidak seperti biasanya, yang shalat ke mesjid itu-itu saja, karena penyakit atau wabah adalah milik Allah, adalah makhluk-Nya, maka filosofinya harus dikembalikan kepada yang Maha Kuasa. Agar apa? Agar kita ingat kita hanyalah manusia, kita tidak bisa menghidupkan yang mati, atau mengatur gerak jantung kita sendiri kita tidak bisa, tanda bahwa diri kita ini ada yang menguasainya. Maka kembalikan sekembali-balinya kepada yang menguasai diri kita yaitu Allah SWT.
Saatnya bergerak ibadah yang lebih kuat lagi, karena menutup diri menutup semua kegiatan adalah mengarah kepada kematian itu sendiri.
#janganmudik(mudahpanik)dulu... mohon maaf, kepada Allah sebaik-baik tempat kembali.