Bukanlah Pembenci
Alhamdulillah... ini malam terakhir berpuasa, insya Allah besok sore Ramadhan akan pergi, makhluk-makhluk Allah yang bertaqwa semua akan menangis dengan kepergian bulan Suci Ramadhan. Belum tentu tahun-tahun berikutnya bisa bertemu Ramadhan lagi.
Kenikmatan sebulan berpuasa hanya dapat dirasakan oleh orang-orang yang melaksanakan puasa dengan tujuan bertaqwa kepada Allah, insya Allah mereka yang berpuasa lahir pun bathinnya maka akan mencapai predikat taqwa. Terlebih Ramadhan kali ini istimewa, yakni 30 hari. Semoga keistimewaan bulan Ramadhan dapat kita raih, diantaranya diampuni dosa-dosa, dipenuhi dengan rahmat Allah dan dijauhkan dari jilatan api neraka, amin.
Hal yang tak kalah menarik pada bulan Ramadhan, adalah persiapan hari raya umat Islam yakni Idul Fitri. Hampir semua muslim mempersiapkan diri, keluarga, hunian, bahkan lingkungan tempat tinggal dalam menyambut hari raya Idul Fitri dengan persiapan yang beraneka ragam dan penuh suka cita. Pasar rakyat ramai dikunjungi pembeli, tak peduli ini masa pandemi Covid-19. Kekhawatiran yang sangat luar biasa dirasakan Pemerintah, akan tetapi kebanyakan dari rakyat tidak memperdulikannya karena kebutuhan lebaran yang sulit untuk dihindari, sebagaimana kebiasaan setiap tahunnya. Semoga Allah melindungi kita semua dari penyakit dan segala keburukan yang ada padanya, semoga pandemi Covid-19 segera berlalu agar ekonomi rakyat dapat bangkit kembali.
Bingung bercampur gundah melihat dua hal ini, antara masyarakat yang harus stay at home dan masyarakat yang harus berdagang atau bekerja keluar rumah agar mendapatkan nafkah untuk keluarga terlebih bertepatan menyambut hari raya Idul Fitri. Semoga ini menjadi nilai pahala jihad bagi kita semua, amin. Insya Allah tidak ada yang kekurangan di hari raya karena jaminan Allah akan kehidupan kita, yang jika mendapat musibah ia bersabar.
Hal yang tidak boleh terlewatkan adalah momen Idul Fitri yang harus tetap bersuka cita meskipun di masa pandemi Covid-19, jiwa-jiwa yang suci, pribadi yang kembali fitri dan saling memaafkan. Tidak ada lagi dendam, hati-hati harus lapang selapang kasih sayang Allah. Memaafkan siapapun yang pernah menorehkan luka, dan meminta maaf kepada siapapun yang telah kita sakiti, yang sering kita dzolimi, tanpa kita sengaja ataupun tidak sengaja kita telah berbuat khilaf, alfa lagi salah kepada siapapun yang mengenal kita atau hanya bertegur sapa kepada kita, bahkan kepada orang yang tidak kita kenal kita sekalipun, jika bertemu kita sebaiknya mengucap mohon maaf lahir dan bathin. Karena bisa jadi, kita pernah menyakiti orang yang kita sendiri tidak sadar dimana dan kapan.
Akan tetapi, momen bermaaf-maafan di hari raya Idul Fitri terkadang hanya menjadi rutinitas tahunan, berapa banyak saudara saling bermaafan, tetapi barulah beberapa waktu sudah bersengit masalah warisan, berapa banyak tetangga saling naik rumah saat momen hari raya Idul Fitri, namun tak lama lagi sudah saling hasut dan saling benci. Sering terlihat adik ipar dan kakak ipar begitu akrab di hari raya, tapi setelah habis bulan Syawal sudah berhitung masalah pekerjaan rumah mertua yang ditinggali sang ipar, dan masih banyak lagi. Mestinya momen utama di hari raya Idul Fitri yakni bermaaf-maafan, adalah momen dimana kita mengokohkan hati untuk saling bermaafan, meneguhkan hati untuk bermuamalah dengan cara yang ma'ruf dan lebih baik lagi. Berjanji kepada diri sendiri, tidak akan berbuat hal-hal yang dapat menyakiti sesama lagi, dan bertekad untuk menjadi pribadi yang lebih baik kepada siapapun.
Namun kenyataannya, momen bermaaf-maafan belum kokoh tertanam di hati banyak muslim, masih banyak diantara kita hanya menjadikannya sebagai rutinitas tahunan di hari raya Idul Fitri. Kita akan menjadi orang-orang yang merugi jika tidak menjadikan momen bermaaf-maafan di hari raya Idul Fitri sebagai suatu hal yang sangat berharga untuk kehidupan kita dalam upaya menjadi pribadi yang semakin baik di setiap waktu.
Jiwa-jiwa yang tenang adalah jiwa yang tidak suka menahan rasa benci, marah, dan sakit berlama-lama. Hati mereka lapang, cepat memaafkan dan sangat suka meminta maaf. Bisa dikatakan mereka tidak membenci siapapun, termasuk orang yang telah berbuat kesalahan fatal untuk hidupnya. Mereka lebih memilih diam menghadapi orang-orang jahil yang suka mengganggu hidupnya. Mereka dekat dengan Allah, mulut mereka selalu basah karena menyebut asma Allah. Mereka bahkan sering mendoakan hal-hal baik dan ampunan bagi orang-orang yang kerap mendzoliminya. Seringkali mereka berfikir, bahwa orang yang tidak baik adalah rizqi Allah kepadanya, yakni untuk mereka mencari pahala, pahala orang yang bersabar bahkan pahala berdakwah mengajak orang kepada jalan taqwa.
Maka di bulan suci Ramadhan ini, bulan yang sangat mulia, yang lebih baik dari 1.000 bulan, marilah kita menjadi pribadi yang lapang, pribadi yang pemaaf, pribadi yang tawadlu'. Tidak perlu kita membenci siapapun, karena setiap manusia akan menerima apa yang ia buat. Serahkan saja semua balasan kejahatan kepada Allah. Allah sangat jeli balasan-Nya. Tugas kita adalah berbuat baik dan menebar kebaikan, maka dengan jalan inilah kita akan semakin tenang dan menikmati apa-apa yang Allah karuniakan kepada kita. Mumpung masih ada usia, mari kita bersyukur. Karena pemutus kenikmatan dunia adalah kematian, sebelum kematian itu datang, mari kita menjadi jiwa-jiwa yang tenang, yang nanti akan kembali kepada Allah dengan tenang dan masuk ke syurganya Allah dengan kebahagiaan yang sempurna. Amin Allahumma Amin.
Semoga bulan puasa tahun ini menjadi kenangan terindah, bahwa kita telah menjadi pribadi yang ikhlas, ridho lagi bersahaja. Bersahabat dengan siapapun, dan menyayangi semua makhluk Allah. Yuk tinggalkan rasa sempit, rasa benci dan rasa-rasa buruk yang hanya membawa durjana lagi kesedihan yang panjang. Selamat datang wahai jiwa-jiwa yang tenang...