Aulia
Aulia Dosen

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Menumbuhkan Kebiasaan Bersedekah Sejak Dini

18 Maret 2024   05:23 Diperbarui: 18 Maret 2024   05:53 278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menumbuhkan Kebiasaan Bersedekah Sejak Dini
Dokumen pribadi 

Keterbiasaan berbagi dan peduli ini merupakan pencerminan dari keindahan dan kebahagiaan dalam bersedekah. Hal ini mengajarkan anak tentang arti pentingnya kebersamaan dan kebahagiaan yang timbul dari berbagi rezeki dengan orang lain. Dengan demikian, setiap tindakan sedekah akan menjadi ladang kebaikan dan kebahagiaan bagi mereka dan juga bagi orang-orang di sekitarnya.

Sejak kapan seseorang bersedekah setelah baligh dan berakal? 

Pertanyaan ini sebenarnya tidak sulit untuk dijawab. Kita dapat melihat bahwa kebiasaan bersedekah telah ditanamkan sejak dini oleh orang tua yang mendidik, bahkan sebelum anak itu lahir. Seorang ibu, misalnya, mungkin telah mengajarkan nilai-nilai dermawan kepada bayinya bahkan sebelum ia lahir ke dunia ini.

Dalam banyak kasus, pembiasaan bersedekah dan berbagi telah menjadi bagian dari proses pendidikan yang diberikan oleh orang tua kepada anak-anak mereka. Bahkan, sebelum anak tersebut mencapai usia baligh dan memiliki akal yang matang, ia telah diajari arti pentingnya berbagi dan memberi kepada sesama.

Karakter Alamiah

Dengan demikian, seorang Muslim secara alami sudah memiliki kesadaran akan pentingnya bersedekah dan berbagi ketika ia mencapai usia baligh dan memiliki akal yang matang. Kebiasaan dan nilai-nilai yang telah ditanamkan sejak dini akan membentuk karakternya dan menjadi panduan dalam berperilaku baik kepada sesama manusia.

Bahkan ketika mereka masih bergantung pada uang yang diberikan oleh orang tua mereka, mereka telah diajarkan untuk berbagi dan bersedekah kepada yang membutuhkan. Kebiasaan ini membentuk karakter mereka sehingga ketika mereka sudah memiliki penghasilan sendiri kelak, mereka akan terus melanjutkan praktek bersedekah.

Di banyak rumah tangga Muslim di Indonesia, bersedekah telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, seperti makanan harian yang tidak dapat dihindari. Setiap kesempatan yang mereka dapatkan untuk memberi, mereka akan melakukannya dengan tulus dan ikhlas.

Indonesia Negara Paling Dermawan

Tidaklah mengherankan jika Indonesia, dengan populasi Muslim terbesar di dunia, juga menjadi salah satu negara yang paling dermawan di dunia. Semangat berbagi dan kepedulian terhadap sesama telah mengakar dalam budaya dan nilai-nilai masyarakat Indonesia, membuktikan bahwa bersedekah adalah panggilan hati yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan seorang Muslim.

Betapa bahagianya menjadi bagian dari negara yang diakui sebagai salah satu negara paling dermawan di dunia. Bahkan, kebaikan hati dan kedermawanan masyarakat Indonesia menjadi buah bibir di seluruh dunia. Bahkan warga negara dari negara maju seperti Korea Selatan pun terkejut melihat tingkat kedermawanan yang tinggi di Indonesia, meskipun pendapatan bruto negara kita jauh di bawah negara-negara maju seperti Korea Selatan.

Hal ini membuktikan bahwa kemakmuran sebuah negara tidak selalu berkorelasi langsung dengan kemurahan hati dan kepedulian terhadap sesama. Meskipun Indonesia mungkin memiliki keterbatasan dalam hal kemakmuran materi, tetapi kemakmuran spiritual dan moral yang dimiliki oleh masyarakatnya jauh lebih berharga.

Penutup

Keberhasilan Indonesia dalam menjaga tradisi berbagi dan gotong royong telah menginspirasi banyak orang di seluruh dunia. Semangat gotong royong dan kepedulian terhadap sesama adalah salah satu kekayaan terbesar bangsa Indonesia, yang senantiasa membuat kita bangga sebagai bagian dari negara yang dipenuhi dengan kasih sayang dan kebaikan.

Bersedekah sudah menjadi nilai-nilai alami bagi bangsa Indonesia. Walaupun benar mayoritas rakyatnya adalah beragama Islam, tetapi kebiasaan bersedekah telah menular kepada hampir seluruh rakyatnya tanpa memandang suku dan agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun