Aulia
Aulia Dosen

Menulis untuk kesenangan dan berbagi

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Mahadang Durian: Warisan Budaya dan Kebersamaan Nagari Abay

20 Maret 2024   12:06 Diperbarui: 20 Maret 2024   12:20 900
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mahadang Durian: Warisan Budaya dan Kebersamaan Nagari Abay
Youtube.com/Official Padang TV News

Tradisi ini tidak hanya tentang mendapatkan durian, tetapi juga tentang mempererat tali silaturahmi. Durian yang diperoleh bukan untuk dijual, melainkan dibagikan sebagai buah tangan kepada keluarga dan disantap bersama saat berbuka puasa. Kegiatan mahadang menjadi momen yang dinanti, di mana warga dapat berkumpul, berbagi cerita, dan menjalin keakraban.

Melalui tradisi mahadang, kita dapat melihat bagaimana sebuah kegiatan sederhana dapat menjadi sarana yang berharga untuk mempertahankan nilai-nilai kekeluargaan dan kebudayaan. Ini adalah contoh nyata dari bagaimana budaya dapat memperkuat komunitas dan menjaga ikatan sosial yang erat di tengah perubahan zaman.

Tradisi "mahadang" tidak hanya terjadi saat musim durian tiba, tetapi juga berlanjut selama bulan Ramadan jika musimnya jatuh pada bulan Ramadhan. Meskipun puasa menjadi bagian dari rutinitas harian, anak-anak, remaja, dan orang dewasa di Nagari Abay tetap melibatkan diri dalam tradisi ini.

Di bawah rindangnya pohon-pohon durian, mereka berkumpul, duduk, dan ngobrol. Suara tawa dan cerita mengisi udara, menciptakan suasana keakraban yang khas. Kebun durian bukan hanya tempat untuk mencari buah, tetapi juga menjadi tempat untuk berbagi pengalaman, mempererat hubungan, dan merayakan kebersamaan.

Saat matahari mulai terbenam, aroma durian yang khas semakin kuat. Anak-anak yang baru saja selesai bermain di sekolah bergabung dengan orang tua mereka. Remaja yang sedang menunggu waktu berbuka puasa juga ikut serta. Mereka menikmati momen ini dengan santai, tanpa terburu-buru.

Tradisi mahadang mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, saling berbagi, dan menghormati. Durian yang jatuh bukan hanya menjadi buah, tetapi juga simbol persatuan. Meskipun zaman terus berubah, tradisi ini tetap hidup dan menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Nagari Abay.

Dalam kebun durian, di bawah cahaya senja, mereka menikmati buah durian yang lezat sambil berbagi cerita dan menguatkan ikatan sosial. Tradisi mahadang bukan hanya tentang durian, tetapi juga tentang menghargai warisan budaya dan menjaga kebersamaan di tengah kesibukan sehari-hari.

Semoga tradisi ini terus berlanjut dari generasi ke generasi, mengajarkan nilai-nilai yang berharga, dan memperkaya kehidupan komunitas Nagari Abay

Keunikan Tradisi

Keunikan Tradisi Mahadang di Nagari Abay adalah sebuah pengecualian yang langka. Berikut adalah beberapa aspek yang membuatnya begitu istimewa:

Kepemilikan Bersama Durian: Di mana pun, klaim atas buah durian yang jatuh biasanya menjadi hak pemilik pohon. Namun, dalam tradisi mahadang, konsep kepemilikan bersama mengemuka. Siapa pun bebas mengambil buah tersebut tanpa harus mempermasalahkan kepemilikan pohon durian.

Partisipasi Semua Usia: Tradisi ini memperlihatkan kesinambungan antara generasi. Mulai dari anak-anak sekolah, remaja, hingga orang dewasa, semua dapat turut serta. Hal ini menciptakan suasana kebersamaan yang tidak hanya unik, tetapi juga menguatkan jalinan sosial dalam komunitas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun