Tulisan adalah bagian dari personal dan tak terkait dengan institusi dan perusahaan
Kalah Lawan Hawa Nafsu, Elus Dada Liat Makanan Mangkrak Akibat Kalap Belanja
Saat puasa dijalankan memang sangat terasa ujiannya. Ujian menahan hawa nafsu maupun menahan diri untuk tidak makan dan minum. Nah semuanya saling berkaitan tidak berdiri sendiri. Dari Imsak hingga Magrib ada perjuangan nyata dan tak nyata. Perjuangan nyata dan terasa sudah pasti ada rasa lapar dan haus.
Pada satu hari beberapa tahun silam dan saya biasa berkeliling naik motor sama anak dan istri, sebut saja ngabuburit. Rute yang di lewati sepanjang jalan raya Kayumanis Jakarta Timur terus melingkar ke jalan Utan Kayu selatan, Pisangan Baru hingga sampai kembali kita ke Kayumanis.
Saat bulan puasa sudah barang tentu banyak sekali sajian atau penganan untuk buka puasa memenuhi sepanjang jalan yang kita lewati tersebut. Mulai terpikir dan menyusun rencana menu makan buka puasa, makan setelah tarawih dan makan sahur.
Ngabuburit dengan keliling naik motor sangat leluasa memilih makanan favorit yang terus menari di kepala. Berhenti di salah satu kumpulan jajaran pedagang makanan berbuka puasa seperti wisata penuh romansa. Tentu saja mungkin ini bawaan puasa dan kita sedang mendekati godaan yang mesti ditahan sampai magrib. Semua jajanan penganan tampak indah sekali dengan ragam bentuk dan warna. Itu baru di pemberhentian pertama yang kita lewati dari rencana rute keliling. Sontak saya bilang ke penjual," Mba saya Risol sama martabak telor (mini) nya masing-masing lima ya jangan lupa sambalnya".
Saya lihat semua nampak indah merona dan bahkan ukurannya koq jadi besar-besar ya. Ah jangan-jangan pandangan saya saja saat lapar. Saya dan istri lanjut naik motor menikmati sore yang sudah mulai ramai lalu lalang orang dan kendaran dengan kecepatan lambat. Belanjaan tadi yang sudah dibeli merupakan keinginan saya belum termasuk istri dan anak-anak.
Maka mata saya masih terus pacu pandangannya ke jajaran pedagang makanan lainnya sepanjang jalan. Biasanya kita bisa terpacu dengan rasa ingin tahu ketika ada satu keramaian di suatu bale jualan penganan. Saya kira pasti rasanya beda dan pilihannya banyak untuk bisa dipilih. Pilihan pelepas rasa haus saat berbuka jatuh pada es buah utan kayu yang memang lengkap buahnya dan rasa tetap terjaga bahkan sampai saat ini. Tak lupa juga beli cemilan untuk anak-anak.
Di satu titik kumpulan pedagang makanan berbuka di pisangan baru arah pasar Jangkrik mata saya terasa klik alias cocok. Ramai sekali orang berlomba-lomba membeli diantara orang memilih. Sang penjual sangat sibuk melayani, transaksi dan membungkus.
Saya rapatkan motor dengan bale penjual dan disandarkan. Saya terpacu suasana yang penuh semangat. Ada pikiran dalam hati wah ini koq lebih besar ya bentuk-bentuk makanannya dan warnanya lebih menarik sangat atraktif. Saya jadi ikut belanja padahal istri juga belanja makanan kesukaan di tempat yang sama.
Tahu isi goreng hampir sebesar kepalan tangan orang dewasa saya beli tiga buah. Lantas di tempat ini juga ada martabak telor mininya yang menurut saya lebih besar dan tebal. Entah apa yang merasuki tak sadar kembali membeli martabak yang sebelumnya sudah saya beli juga.
Saya beli lima dan sambil berhitung waktu makan. Ini pasti akan pas saya nikmati saat berbuka puasa dan selesai tarawih bisa lanjutkan lagi makan penganan yang sudah saya beli. Jikapun tidak habis malamnya saya tuntaskan saat makan sahur.
Biasanya istri saya rutin diantara menu pembuka saat buka puasa ada lontong isi dengan sambal kuah kacang. Jadi tambahlah 4 buah lontong bergabung ke rombongan bungkusan. Istri saya sudah cukup membeli tiga bakwan goreng besar. Perburuan makanan berbuka sudah tiga kantong termasuk belanjaan istri saya. Motor dinyalakan untuk melanjutkan jalan-jalan keliling ngabuburit.