Ayub Wahyudin
Ayub Wahyudin Dosen

Hobi Menulis.

Selanjutnya

Tutup

RAMADAN Pilihan

Amnesti di Bulan Ramadhan

17 April 2022   05:14 Diperbarui: 17 April 2022   05:59 822
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Amnesti di Bulan Ramadhan
Tebar Hikmah Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Namun, segala kebaikan tersebut harus disertai pula dengan upaya (riyadhah) yang serius. Ramadhan bulan penuh kebaikan hanya sebagai latihan, ia tak berdiri sendiri, juga tak hanya ibadah mahdoh (manusia dengan Tuhan), kita harus mampu menahan diri dari ketikan jari di media sosial yang menyakiti sesama. Hal itu berlaku tak hanya dibulan Ramadhan, tetapi mencakup sebelas bulan berikutnya. Menahan diri dari mengadu domba, memfitnah, bully, intimidasi dan sebagainya.

 Amnesti, Abolisi dan rehabilitasi tak akan diperoleh bagi orang yang gemar melakukan tindakan menyakiti sesama manusia, tanpa persetujuan ampunan manusia lain yang tersakiti. Jika ampunan yang tersakiti tak didapatkan, maka manusia tersebut harus rela berbagi pahala (dibangkrutkan). 

Sebagaimana diungkapkan dalam sebuah hadits "Sesungguhnya umatku yang bangkrut adalah orang yang pada hari kiamat datang dengan shalat, puasa dan zakat, tetapi ia selalu mencaci-maki, menuduh, dan makan harta orang lain serta membunuh dan menyakiti orang lain. 

Setelah itu, pahalanya diambil untuk diberikan kepada setiap orang dari mereka hingga pahalanya habis, sementara tuntutan mereka banyak yang belum terpenuhi. Selanjutnya, sebagian dosa dari setiap orang dari mereka diambil untuk dibebankan kepada orang tersebut, hingga akhirnya ia dilemparkan ke neraka." (HR Muslim)

Langit dan Bumi

Islam merupakan agama menggabungkan antara `yang lama' atau otentisitas (al-ashalah) dan `yang baru' atau kekinian (al-mu'asharah), relasi antar manusia (kemanusiaan) maupun relasi dengan Tuhan (insaniyah), begitupula dalam upaya perolehan pahala (reward) di bulan Ramadhan. Apakah di bulan ramadhan, cukup dengan ibadah sholat, puasa, dzikir serta asyik masyuk dengan Tuhan?. Sementara, disamping kiri dan kanan kita ada orang yang sedang kelaparan, kesulitan serta butuh pertolongan.

Islam tak hanya teks langit, tanpa hadir dalam relasi kemanusiaan atau membumi. Maka, bila restu yang tersakiti diperoleh, Allah Swt juga merestuinya dalam pengampunan adalah bukti keterlibatan kemanusiaan dalam beragama. Rasulullah SAW menegaskan; bahwa barang siapa yang tidak memberi perhatian terhadap masalah yang dihadapi umat Islam maka bukan termasuk golonganku.

Dalam membantu sesama, tak harus banyak dan diluar kemampuannya. Karena yang sedikit, diangap remeh-temeh tetapi konsisten (istiqimah) adalah yang paling baik. Sebuah kisah terdapat dalam hadts yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah R.A., suatu ketika terdapat seorang laki-laki (disebutkan sebagai pelacur Yahudi) yang sedang melakukan perjalanan dengan terik matahari yang menyengat. Ia pun merasa sangat haus, sebuah sumur ditemukan, berbegaslah yahudi tersebut mengambil air dari sumur tersebut serta meminumnya. Saat keluar dari sumur, ia menemukan seekor anjing yang menjulur-julurkan lidah dan memakan tanah basah karena kehausan.

Ia pun berfikir bahwa anjing tersebut sedang kehausan. Ia pun kembali turun ke sumur. Mengambil air menggunakan sepatunya, diberikannya pada Anjing yang kehausan tersebut. Akibat perbuatan tersebut, Allah Swt  mengampuni segala dosa pelacur yahudi dan dimasukannya ke dalam surga. Para sahabat yang mendengar cerita tersebut bertanya kepada Rasulullah saw.: "Apakah berbuat baik kepada binatang, kami akan diberi pahala?" maka Rasulullah saw menjawab: "Di setiap kerongkongan yang basah, ada pahala".

Ibrah (pelajaran) dari kisah tersebut, binatang saja yang posisinya lebih rendah dari manusia, mampu mengetuk pintu taubat terbuka dan menyebabkan masuknya ke dalam surga. Apalagi menolong manusia lainnya yang derajatnya lebih tinggi, ciptaan paling sempurna (ahsan taqwim).

Hal ini, seharusnya dapat dijadikan pedoman bagi umat manusia untuk memperoleh Amnesti Tuhan melalui perantara binatang dan restu sesama manusia kemudian Allah mengampuninya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!

Ramadan Bareng Pakar +Selengkapnya

Krisna Mustikarani
Krisna Mustikarani Profil

Dok, apakah tidur setelah makan sahur dapat berakibat buruk bagi tubuh? apakah alasannya? Kalau iya, berapa jeda yang diperlukan dari makan sahur untuk tidur kembali?

Daftarkan email Anda untuk mendapatkan cerita dan opini pilihan dari Kompasiana
icon

Bercerita +SELENGKAPNYA

Ketemu di Ramadan

LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun