Marhaenisme & Pemerataan Kesejahteraan: Potret Kemiskinan di Hari Raya Idul Fitri
Marhaenisme adalah sebuah ideologi yang di perkenalkan lewat pidatonya yang berjudul " Marhaenisme sebagai pandangan hidup" oleh presiden pertama Republik Indonesia yaitu Ir. Soekarno pada tahun 1963. Ideologi ini dihadirkan oleh Soekarno sebagai bentuk perlawanan kepada kaum kapitalis serta memperjuangkan kaum proletariat, yang mana ada kesenjangan sosial di antara keduanya.
Berangkat dari ideologi tersebut apakah bisa Marhaenisme digunakan untuk mengentaskan kemiskinan? Jawabannya bisa.
Asas-asas perjuangan dalam Marhaenisme yang telah di gali oleh Soekarno menghasilkan cita-cita untuk menuju kerangka keseimbangan sosial, kerangka tersebut yaitu; Sosio-Nasionalisme-Sosio-Demokrasi, yang mana (Sosio-Nasionalisme) bermakna Nasionalisme yang berakar/ berdiri atas kaki sendiri, (Sosio-Demokrasi) bermakna semangat persatuan, yang bertujuan menciptakan keadilan sosial yang berpijak kepada nilai-nilai kemanusiaan. Kutub modal akan dikalahkan oleh kutub pekerja, kutub kapitalisme dikalahkan oleh kutub proletariat, diganti dengan sintesa baru yaitu sintesanya dunia yang tiada kelas.
Olehnya pandangan Marhaenisme semua warga Indonesia memiliki hak sama untuk memperoleh manfaat dari sumber daya alam dan produksi yang ada. dalam hal ini bertujuan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi antara kaya dan miskin. Dalam konteks masa kini Marhaenisme dalam segi teori maupun praktik dapat dijadikan pedoman atau jalan bagi pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan yang telah terjadi di Indonesia masa kini, guna masyarakat mendapatkan akses untuk menikmati sumber daya alam, ekonomi, pendidikan yang adil serta mendapatkan jaminan atas hidup yang anti penindasan.
Penulis: Muhammad Azzam Fawwaz