Menelisik Filosofi Ketupat Lebaran; Kuliner Berbasis Kearifan Lokal
Maka untuk impelementasi sikap dan perasaan permohonan maaf tersebut disimbolkan dalam satu bentuk makanan sederhana dekat dengan kehidupan masyarakat yaitu Kupat atau Ketupat sebagai simbol ungkapan rasa bersalah atau ngaku lepat. Dan moment saling memafkan dan mengakui kesalahanterkumpul pada saat hari raya idul Fitri,maka Lebar,Luber,Lebur, dan Labur pada makna yang kedua juga memberi makna serupa yang saling berhubungan. Semua itu terkumpul pada hidangan ketupat atua kupat.
Ketupat dari Janur (daun kelapa muda) yang secara etimologi berasal dari bahasa Arab ' ja'a nnur' yang artinya telah datang cahaya. Secara filosofi adalah suatau keadaan hidup yang terang benderang. Hati yang saling memafkan,saling mencintai,menyayangi akan melahirkan cahaya di dalam hati manusia.
Beras adalah makanan pokok sebagaian msayarakat Indonesia, yang sangat penting bagi kelangsungan hidup. Putih lambang kesucian yang kemudian diikat dalam simpul-simpul janur yang kuat,bersilangan dan terkesan rumit. Hal ini memiliki makna agar tali silaturahmi,ikatan batin dan hati yang suci itu gar kuat tidak rapuh
Lantas hidangan ketupat berpadu satu di meja makan dengan lauk bersantan, umumnya dengan opor ayam ,santan sama-sama berasal dari kelapa diperas dan menhasilkan warna putih.
Ini bukan cocoklogi, namun jika dilihat dari pendekatan pola budaya bangsa kita yang cenderung bertipe high context di mana pranata sosial yang berlaku selalu mengedepankan unsur kearifan lokal,bisa jadi hal ini dapat diterima.Namun apapun pemahamannya kiranya tidak menghilangkan esensi dari esensi Lebaran itu sendiri, yaitu kembali menjadi manusia yang paripurna mengetahui tugas dan fungsinya sebagai hamba Tuhan sejati, yaitu mengabdi**