Teacher Blogger and Gadget Reviewer | Penulis Fiksi dan Penggemar Drama Korea | Pemenang Writingthon Asian Games 2018 oleh Kominfo dan Bitread | http://www.bairuindra.com/ | Kerjasama: bairuindra@gmail.com
Pesan Ibu, Jangan Makan Kuah Pedas Saat Sahur
Kembali ke persoalan sakit lambung yang pernah saya ceritakan sebelumnya. Salah makan sedikit saja, perut saya langsung terasa mual dan muntah seketika. Tiba hal yang paling parah adalah perih sampai ke dada dan terasa begitu panas membara. Makanan yang mengandung cabai berlebihan dan tingkat keasaman tinggi menjadi pengaruh besar terhadap pencernaan.
Saya memilih makanan bukan karena tidak suka, bisa menyukai banyak jenis makanan waktu dulu. Orang sakit lambung memang rentan sekali lemah dan lesu atau dengan kata lain drop selama berpuasa. Penyakit ini sebenarnya tidak bisa dianggap sepele karena kamu bisa mendapatkan masalah besar jika perut kosong. Misalnya saja, perasaan gundah yang berlebihan bisa datang karena lambung tidak 'mengunyah' apa-apa.
Puasa sehat siapa yang tidak ingin. Saya mencoba untuk memberikan beberapa masukan untuk diri saya secara pribadi. Memang benar, banyak sekali menu makanan yang hanya ada selama bulan Ramadan tetapi sayang sekali tidak begitu bersahabat dengan perut saya. Asam lambung naik akibat salah makan, saya langsung tidak sanggup berpuasa sebulan penuh. Saya khawatir karena pernah mengalami masa-masa ini.
Maka, pesan Ibu, "Jangan makan kuah pedas saat sahur!"
Pedas: Menu Paling Mematikan Saat Sahur
Dari kecil, saya memang bukan penikmat makanan pedas. Namun, sebelum lambung bermasalah saya masih mampu mencicipi sedikit makanan pedas dalam kadar 'anak kecil' makan pedas. Saya bisa merasakan bagaimana rasanya pedas dalam konteks yang sebenarnya, sebagaimana kamu tahu hal itu.
Belakangan, saya tidak mampu menerima makanan pedas sekecil apapun. Memang, nikmat saja dikecap dalam beberapa detik tetapi kemudian perut saya langsung terasa panas. Mungkin, sebentar-sebentar ke toilet masih menjadi 'permisi' yang mengasyikkan tetapi jika sampai mual dan memuntahkan seluruh makanan bisa dibayangkan fisik saya kemudian.
Sahur dan kuah -- gulai -- pedas hanya bisa menjadi pandangan yang menimbulkan air liur meleleh. Terkadang, pemandangan kuah yang dimasak dengan cabai atau lada itu lebih menggiurkan dibanding ikan goreng dengan sayur rebus. Apa boleh buat. Saya telah menceraikan kuah pedas itu sekian lama untuk menjaga puasa dengan baik.
Sekali saja saya sentuh kuah pedas yang enaknya tiada ampun itu, bukan sehari dua hari saya bolong puasa namun beberapa hari. Meskipun saya minum obat tetapi pengaruh pedas di lambung saya tidak mudah sirna. Begitulah soal pesan Ibu yang tidak boleh saya sepelekan.
Ibu benar, Ibu tahu bagaimana kondisi saya sebenarnya. Maka, kamu juga jangan membantah nasihat Ibu saat menyantap menu sahur. Jika tidak?